Cari Blog Ini

Selasa, 26 Juni 2012

SUCI Season 2


Karena ini udah malam dan gue mulai lapar dan ngantuk, gue ngomongin yang santai-santai aja yaaaa...

Stand Up Comedy Indonesia Season 2...
Awalnya gue nggak tau ada SUCI season 2, dan gue tau dari youtube. Yap. Gue sering banget ngubek-ngubek Stand up comedy gitu di yutub. Dan mentok-mentok buka videonya Raditya Dika


Entahlah. gue suka materi doi. dan suara doi. dan ekspresi doi. dan gerakan doi....
Gue suka stand up comedy ya gergara Radit. Karena gue udah banyak ngebaca buku-buku doi, jadi kesan yang gue tau doi bakalan stand up comedy adalah: Doi pasti lucu banget. Dan yap. Doi emang lucu.

Gilang, Ge, kemal
Balik ke SUCI 2.. at the first time, gue tertarik banget sama Kemal. Kenapa? Karena dia good looking, awalnya. then, dia lucu banget walaupun gue ketawanya bukan karena materinya, tapi karena keidiotannya, kepolosannya dan keabsurdannya.Dan gue paling suka kalo penonton Usmar Ismail gak ada yang ketawa, keluarlah 'Gak lucu ya? hehehe"-nya di Kemal. Karena doi blak-blakan dan terlihat apa adanya, materi jadi gak penting kalo doi udah nge-SUC. Karena doi punya banyak ciri khas, comic lain sering banget nyungsepin tentang Kemal ke materi mereka, dan jadinya teteup lucu. Dan nggak cuma itu, coba deh Google-ing ketik nama lengkap Kemal, kalian bakal nemuin blog cewek-cewek (labil) setelah situs jejaring sosial punya Kemal. Ngmongin tentang apa? Apa lagi kalo bukan Kemal. Sensasional banget, bray.
Seiring waktu berjalan *duile bahasa gue* gue mulai bosan sama Kemal gergara materi dia agak gimana gitu. Gue teteup suka cara pembawaan doi sih.

Dan gue mulai move on ke Ge Pamungkas (@GePamungkas). Baru gue sadari kalo dia lucu dan materinya bagus. gue paling suka kalo dia nge-SUC pake sound effect dari suara dia sendiri. Berbakat emang. Dan kata orang-orang nih ye, kalo dia senyum itu aneh banget, soalnya setiap nge-SUC, doi jarang banget senyum dan muka sangar-sok cool-cuek-songong gimanaa gitu. FYI, cita-cita doi adalah polisi dan muka doi polisi banget. Dan beberapa hari lalu, Ge #OpenFollow di twitter. dan gue lagi gak on karena gue liburan tanpa internet. IT'S SO KAMPRET YOU KNOW?!!


Kemal, Gilang, Ge



Dan sekarang, udah Grand Final. Sisa 2 orang perwakilan yang sama-sama dari Bandung, yang juga sama-sama berinisial G. Yup. Ge dan Gilang.

Oiye. SUCI 2 ini objektif banget lho, karena yang membuat keputusan adalah pure para juri: Raditya Dika (@radityadika), Indro Warkop (indro_warkop) dan satu juri tamu.


Dan menurut gue, Gilang lucu banget. dia pinter ngolah materi yang sederhana jadi bahan ketawaan yang berbobot.

Gilang (@gilbhas)


Ge Pamungkas


FYI, gue salah satu #GeRoupies nih bray. Apa itu? Karena fansnya Ge gak kalah banyak dari fansnya Kemal, fans Ge menyebut diri mereka #GeRoupies =)) dan buat kalian yang sama kayak gue, ayoo ngobrol bareng :) nge-share apa aja tentang Ge =))

Tanggal 4 Juli nanti bakal diadain Grand Final Stand Up Comedy Indonesia 2 di Taman Mini. And I absolutely bet for Ge!!
Dan buat Stand Up Comedy Kompastv, sukses terus menampung dan mengembangkan bakat-bakat comic Indonesia!
Keep it fun, dude! Let's make laugh!

"Dimana Rumahmu, Nak?"

Barusan gue nge-stalk Blog orang. dan gue nemuin ini. menurut gue, ini layak gue post ulang.



Dimana Rumahmu Nak?

Orang bilang anakku seorang aktivis. Kata mereka namanya tersohor di kampusnya sana. Orang bilang anakku seorang aktivis. Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis. Tapi bolehkah aku sampaikan padamu Nak? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil Ibu yang lugu.
Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis, ibu kembali mematut diri menjadi seorang ibu aktivis. Dengan segala kesibukanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu Nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia Nak? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berpikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.
Anakku, kita memang berada di satu atap Nak, di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu Nak? Ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu di rumah dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk Ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi Ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk Ibu. Atau jangankan untuk tersentum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau, katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu Nak, Ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang Ibu yakin engkau pasti lebih tau. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau Nak, tapi bukankah aku ini ibumu? Yang 9 bulan waktumu engkau habiskan di dalam rahimku...
Anakku, Ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk Nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, Ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati Ibu mulai bertanya Nak, kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini Nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? Kapan terakhir engkau menyakan keadaan adik-adikmu Nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu?
Anakku, Ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat enkau merasa sangat tidak produktif harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang Nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan, Tapi bukankan keluargamu ini adalah tugasmu juga Nak? Bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga Nak?
Anakku, Ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu pada Nak, ada rapat di sana sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana. Ternyata memang tak ada Nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal Nak, andai engkau tahu sejak kau ada di rahum ibu, tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku...
Kalau boleh Ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh Ibu bertanya Nak, dimana profesimu untuk Ibu? Dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat?
Ah, waktumu terlalu mahal Nak. Smapai-sampai Ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama Ibu...
Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kakak, dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.
Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus, untuk mereka sang penopang semangat juang ini. Saksikanlah, bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan. Karena tanpa ridhamu, mustahil kuperoleh ridha-Nya...



Dan kelopak mata pun tak kuasa membendung linang air mata.


(Sumber: Handbook panitia Kajian Islam Intensif Padmanaba 2012, KIIP Believing)

Sabtu, 16 Juni 2012

I Met You in Farewell Party


Hai, my fren :)
Kali ini, gue bakal nge-share beberapa foto pas Farewell Party kakak kelas 9 dan bakal cerita 6jam gue disana.
Kok gue ada?
Hmm. Gue jadi panitia. Panitia dokumentasi.
Awalnya, panitia dokumentasi udah dibentuk. Jadi 3 orang. Gue, Ijah dan Dhea.
Pas nyampe sana, anak OSIS bilang kalo panitia dokumemtasi gak dipake karena sekolah udah nyewa orang studio foto. Maknyus krenyes krenyes.
Tapi, gue, Ijah sama Dhea kan emang disuruh datang. Gak peduli dipake atau enggak.

Btw, gue, ijah dan dhea bagi tugas untuk masing-masing ngambil foto di spot yang berbeda. Gue ngambil tugas ngefoto diluar. Dhea dan ijah, didalam.

Amazingnya, ijah dan dhea ngerti kalo gue mau diluar. Yap, gue nunggu kak Luthfi. Blak-blakan nih, my fren. Dan gue nyoba bolak-balik ke meja panitia yang nerima tamu, nanyaiin dia udah datang apa belum, dan jawaban selalu belum. Kampret memang.
Sampe tamu terakhir, gue teteup nunggu.
Diluar emang masih banyak panitia dan guru-guru, jadi gue masih banyak temen ngobrol.
Well. Gue memutuskan *ceileh bahasanya* untuk masuk ke gedung. Pas mau masuk, dipintu gak sengaja tangan gue nyenggol mas ‘potograper’ yang aduhai aduh manisnya. Tadinya gue udah liat dia emang diluar. Selama 1 jam diluar, gue baru tau kalo potograpernya masih muda dan ganteng. Aih. Sebelumnya, pas ijah masih diluar, dia bilang potograpernya manis. Gue gak gubris karena gue fokus nyariin kak Luthfi =..=

Macam di FTV gitu ye. Tapi, kalo di FTV, mungkin jadinya gue sama mas itu tabrakan dan kamera yang masing-masing kita pegang bakal jatuh dan pas ngambilnya, tangan gue dan masnya bakan bersentuhan dan saling tatap 10 menit. Ok. Ini jablay.

Sejurus kemudian, setelah gak sengaja nyenggol masnya, ‘e eh. Maaf mas’-nya gue keluar.
Dan dia Cuma diam natap gue. Degdegser.
Habis kejadian itu, gue jadi senyum-senyum sendiri. Dikira temen gue, kak Luthfi datang dan gue tersenyum terharu. Sori my fren, kak Luthfi memang ngasih good memories, tapi kali ini dia nggak datang, dan gue makin kuat buat nggak nunggu dia lagi. Berasa makin macho nih gue :p

Karena masnya tadi, gue sering ngambil gambar kedepan. 6 jam kerja bareng, my fren! Lebih menyenangkan dari pada ditraktir teh poci.

Setiap gue ke depan, entah gue ke-geer-an atau apa, dan pastinya itu karna gue ke-geer-an, dia tiba-tiba berdiri disampingku. Well, my fren, gue dan dia sering berseblahan. Ngahahaha. Gue juga pernah bersandar di bawah di sofa tempat tamu penting untuk nyandar buat ngambil gambar, masnya lagi berdiri 2mtr diujung kiri gue, dan dia langsung duduk di sofa yang gue senderin, tepat diatas gue. Well, itu gak lebih dari 10cm. sikut gue tiba-tiba makin ngilu dan ngerekam video jadi gemeteran. Karena udah capek kali ye :3

Gue jadi sering mondar mandir depan-belakang buat ngambil gambar. Ya emang gitu sih harusnya.
Nih, beberapa foto Farewell Party-nya












 Maaf ye kalo fotonya kepilih pas burem :3 males pilihin satu-satu niccc :p

Anas minjem kamera, dan gue pinjemin. Gue manfaatin 5menit itu buat duduk. Orangtua kakak kelas udah banyak yang pulang. Gue diem dan.. ngedapetin si masnya jalan dan akhirnya duduk di seberang gue yang dipisahkan sama lorong yang jaraknya 1meter. Well, dia udah liat ke aku sebelum gue nyoba liat ke dia. Degdegserrr. Dia senyum, my fren! Semacam baru dapat doorprize kulkas dua pintu…

Lanjut, gue mulai ngefoto. Kali ini, yang difoto OSIS dan seluruh orang-orang yang ngurusin acara ini. Tapi gue, ijah, sama dhea nggak ikut. Yep, kita sadar Cuma panitia dokumentasi.
Pas masih diatur posisi, gue berdiri di samping masnya. Dan gue Cuma ketawaan aja, dia makin deket. Terus, dia ngeliatin gue dengan muka ‘kok-kamu-nggak-ikut-foto-bareng?’, gue nggak berani ngeliatin dia. Dia noleh ke barisan foto, trus balik ngeliatin gue. Secara berkala. Gue senyum ke teman gue, karena takut natap. Gimana enggak, semacam mau nge-dj dianya, kepalanya lama berhenti =..=
Trus, gue dipanggilin temen-temen OSIS. Semoga masnya tau nama gue. Ada yang manggil Abang, Dini, Andin, Andini…. Resiko kebanyakan nama panggilan.
Mau tau orangnya? Well. Cekidot foto-fotonya~


*pasang timer, dan ngangkat tangannya buat nge-foto aku* yakali :p




Well. gue ketangkep 4kali sama masnya pas gue ngambil foto dia diam-diam.
fotonya masih banyak, segitu aja yaaa :p

At least, kak Luthfi gak datang. Dan setelah sadar kak Luthfi bener-bener gak datang, gue yakin Tuhan beri Gusnadi 6jam buat gue, juga buat kak Luthfi. Aku mencintainya, dengan cinta yang ganas dan tak akan pernah mati…

Salam olahraga!
dhxcjdncmajd,askdjcajshdjcasdc

The First 25


Hai :)
Gimana rapotnya? Heuh.
Yang dapet peringkat, selamat ya :)
Yang belum dapet, belajar bersyukur ya :)

Well. Gimana rapot gue? Err.
Sebelumnya, gue punya berita baik dan berita buruk.

Penting gitu buat gue?

Kalo mau tau sih lanjut ayo bacanya, kalo enggak, coba cari cerita-cerita lain yang ada di blog gue :) *teteup promosi*

Berita buruk dulu kali ye…
Sabtu, 16 Juni 2012, sekolah gue jadwal pembagian rapot. Orangtua datang jam 9 dan murid-murid datang jam 7.15 kalo mau datang. Dan gue datang jam 8. Molor 45 menit.  Gerbang sekolah emang gak pernah ditutup, dan gak ber-satpam.

Masuk kelas dan ikut main UNO menggantikan Putri, dan jam 9 mulai main diluar karena orangtua udah banyak yang datang.

Liat nilai rapot lebih menyeramkan daripada ngeliat kertas-kertas soal sumatif, my fren.

Bu Bintari, kepala suku kelas 8A mulai masuk dan ngebacain peringkat 1-10.
Gue gak berharap banyak kok, my fren.

Peringkat 1 gak jauh dari Firda. Katanya sih, dia kalo hari libur aja dibolehin nonton TV. Ehem. Habit kita aja udah beda. Nilai rapot juga ikut beda. Walaupun doi pinter, dia teteup mau ngajarin temen-temen kalo ada yang gak ngerti pelajaran.

Peringkat 2, Riska. Dia temen sebangku gue yang males banget nyatat. Tapi emang pinter sih. Kadang gue diajak untuk tidak juga mencatat. Kalo gue nyatat, keluarlah ‘alah Andin ini kerajinan, ngapain nyatat, tingal salin punya teman aja nanti’. Karena gue tau kemampuan gue gak macam dia, gue lanjut nyatat.

Perigkat 3, Vina. Dia baru dibeliin BB sekitar 3 minggu yang lalu. Masih anget bro. nilai bagus dan BB baru.

Peringkat 4, Bima. Well. Semester 1 dia juga peringkat 4. Tapi semester ini, rata-rata nilai rapot pada naik semua, jadi walaupun dia tetep di peringkat 4, nilai dia naik.

Peringkat 5, Boby. Semester 1, dia peringkat 1. Udah bosen kali ya sering di peringkat 1. Tapi dia teteup KetOs yang pintar.

Peringkat 6, Rienda. Walaupun pintar, dia jarang bagi ilmu. Kalo ke gue, malah gak pernah. beda sama Firda. Well. Sori kalo Rienda baca post gue yang ini, gue emang blak-blakan disini.

Peringkat 7, Aad. Ketua kelas macho yang juga pawang buaya.

Peringkat 8, Anish. Dia juga kayak Firda, suka bagi ilmu, tapi tergantung situasi dan kondisi…

Peringkat 9, Yudith.

Dan 10, Dwi.pas doi tau, doi masuk 10 besar, lansung joget-joget gak jelas di depan kelas.

Rata-rata niali rapot kelas pada naik. Dan persaingan semakin ketat.

Liat muka orangtua mereka pas keluar, berseri-seri gitu ya. Sampe rumah bakal mandi kembang .
Nah emak gue? Masuk kelas senyum-senyum, keluarnya udah beda lagi. Muka datar. Dan gue dicuekin. Ha ha.
Secara, peringkat 25 dari 27 siswa itu apa yang mau dibanggain, my fren? Nenek-nenek kayang juga tau itu peringkat jelek banget.

Kelas 8 ini, gue baru pertama kalinya keluar dari 5 besar. Dari SD sampe kelas 7, gue gak jauh-jauh dari 5 besar. Ehem, bukannya apa. Gue coba mengevaluasi diri gue. Parah. Pengen nari saman rasanya.
Yep. Gue gak mau terlarut dalam 25 itu. Berita buruknya udahan ya :’’

Nekkss. Berita baiknya, tadi gue nyoba jalan-jalan ke kelas B dan C. gue mau nyoba bandingin rata-rata gue dengan mereka yang masuk 5 besar.
Alhasil, gue ngedapetin bahwa, rata-rata rapot gue, lebih tinggi daripada peringkat 4 dikelas B, my fren!
Gue ngelakuin itu, supaya gue gak terlalu sedih gimance gicuu. Gak maksud ngerendahin mereka sih.
Dan gue masuk ke kelas C, nilai rata-rata rapot gue lebih tinggi dari pada peringkat 2. Kalo boleh nari saman di depan kelas C, gue bakal nari saman.

Well. Gue ingetin ya my fren, peringkat itu bukan segalanya, yang penting itu nilai. Walaupun lo peringkat 1 dikelas lo, tapi dibandingin sama kelas lain, lo bisa dapet peringkat dibawahnya, itu bukan apa-apa, my fren.

Dan buat my fren yang peringkatnya turun kayak gue, coba deh bersyukur, ada rencana indah yang Tuhan bakal kasih ke kalian dibalik kekecewaan kalian.

Juga, buat my fren yang dapat ranking, jangan terlalu sombong atau apalah itu. Belajar menghargai. Kalo gak ada temen lo yang dapat ranking di bawah lo, lo nggak bakal dapat peringkat itu, my fren!

Sukses buat semuanya sukses buat yang belum bagi rapot. Sukses yang masih sumatif.

Salam olahraga!