Dua hari yang
lalu aku telponan sama mamak. Aku ceritakan apa aja yang terjadi selama di
Surabaya. Oiya, tanggal 19-20 kemarin aku ikut Rakernas Imatelki Jilid VI (Rapat
Kerja Kasional Ikatan Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik), aku sebagai
delegasi Himpunan Mahasiswa dari kampusku. Delegasi dari Jogja ada lima orang
termasuk aku, jadi waktu naik kereta itu aku yang ngga punya temen huhu. Post
ini sebenernya bukan mau nyeritain Rakernas kemaren (kalo sempat aku ceritain
di post terpisah mumpung LPJ-nya udah kelar), ini mau nyeritain aku yang sudah
memasuki tahun ke-20. Huhu.
Mamakku itu
kalo telpon aku, setelah salam pasti nanya “Lagi di mana?” dan akhirnya
berlanjut sampai ngomongin bumi ini bulat atau datar. Hehe. Ga deng. Malam itu,
di ujung telpon, mamak ngomong “Liat, Dini bisa main ke Surabaya dan bisa
sampai di titik ini memangnya Dini pernah rencanain? Enggak, kan? Liat gimana rencana
Allah bekerja.” Aku terpelatuk. Ya, buat aku dikasih kesempatan buat ikut
Rakernas kemarin adalah pengalaman yang berharga banget karena aku nggak pernah
berharap buat ikut dan nggak pernah kepikiran bisa sampai di titik itu juga
karena it really matters for me. Sampai
di situ, aku jadi mikir lagi omongannya Mamak. Aku nggak pernah minta aja Allah
kasih, gimana kalau bener-bener aku ikhtiarkan?
Beberapa orang
pasti punya bucket list atau resolusi, entah tiap hari, minggu, bulan, tahun
bahkan sewindu. Sama, aku juga ada. Aku selalu buat bucket list yang spesifik,
misal mau segera bereproduksi. Hal konkritnya apa? Gimana? Targetnya kapan? Contoh jadinya
kayak gini:
▪ Nikah muda. Cari laki yang
penting mau aja dah. Umur 21 atau 22 mentok 23.