Selamat hari dimana hari orang-orang mengucapkan ‘selamat
hari ibu’ untuk ibunya.
Setiap hari adalah hari ibu.
Malam minggu. Sabtu malam. Aku habiskan bersama keluarga
pergi ke luar mencari makan. Awalnya mobil menuju koperasi. Sesampai disana, ternyata
kopkar udah rame karena ada expo. Putar balik. Akhirnya tujuan terakhir untu
mengisi perut yang mulai semakin keras laparnya. Gudeg Bu Herman adalah tempat
berlabuh terakhir. Pft.
Aku memesan cumi goreng dan nasi putih ditemani segelas es
jeruk.
Semua sudah mendapat makanan, kecuali aku dan Kak Mif.
“Innalillah. Yang, istrinya pak Anwar meninggal!” kak Mif
menjelaskan sambil me-roll BlackBerrynya. Aku mulai berfikir. Mencari tahu
siapa ini pak Anwar. Yang jelas pak Anwar ini temannya Kak Mif dan Kak Mif
diberitahu oleh temannya via BBM.
“Innalillah. Kapan?” Kak Noe’, istri Kak Mif menyaut. Aku semakin ingin tahu.
“barusan ini”
“Pak Anwar siapa kak Mif? Bapaknya temanku itu?”
“iyaa. Bapaknya temenmu itu” aku semakin lemah.
“Innalillah. Kapan?” Kak Noe’, istri Kak Mif menyaut. Aku semakin ingin tahu.
“barusan ini”
“Pak Anwar siapa kak Mif? Bapaknya temanku itu?”
“iyaa. Bapaknya temenmu itu” aku semakin lemah.
Kak Mif adalah suami kakak sepupuku yang bekerja sebagai PNS
yang menjabat sebagai kepsek di SMAN3 Bontang. Kak Mif ini kenal sama bapaknya
Ijah karena, bapaknya Ijah yang terkenal di lingkungan para PNS.
Makananku datang dibarengi dengan makanannya Kak Mif juga. Oh,
belum kusantap makananku. Dan kusadari, betapa kenyangnya aku mendengar berita
itu. Aku terus menatap kosong.
Ini beneran?
duh. Aku nggak ada pulsa gimana mau sms Ijah sama kasitau temen-temen yang lain?
duh. Aku nggak ada pulsa gimana mau sms Ijah sama kasitau temen-temen yang lain?
Kak Mif dan yang lain masih membicarakan Ibunya Ijah.
aku menjelaskan semuanya. Semua yang aku tahu. Semua yang Ijah ceritakan.
aku menjelaskan semuanya. Semua yang aku tahu. Semua yang Ijah ceritakan.
1jam kemudian, hapeku bergetar dengan mengeluarkan suara
khasnya.
“Ibunya Ijah meninggal. Anas.” Sms dari Anas meluncur dengan cepat dan menjalar ke seluruh bagian tangan. Oh aku mulai merinding lagi. Aku berusaha melupakannya. Ku lanjutkan makanku.
“Ibunya Ijah meninggal. Anas.” Sms dari Anas meluncur dengan cepat dan menjalar ke seluruh bagian tangan. Oh aku mulai merinding lagi. Aku berusaha melupakannya. Ku lanjutkan makanku.
10menit setelah smsnya Anas, hapeku bergetar lagi.
“Din, ibunya ijah meninggal” Indri mengajakku meneteskan air
mata hanya dengan satu kalimat. Oh aku butuh satu sms lagi untuk
berguling-guling di restoran itu.
Aku harus melanjutkan makanku.
Ijah, apakah kau tahu bagaimana rasanya seperti ingin teriak
menangis sejadi-jadinya tetapi tertahan? Tidak. Kau tidak perlu tahu. Sudah. Kau
nikmati itu aja semua. Allah memberimu cobaan yang pastinya kamu bisa lalui.
Hai, Jah :))
Kamu tahu ini hari apa? Ini hari Ibu.
Kamu tahu ini hari apa? Ini hari Ibu.
Sudahlah cukup untukmu terus mendoakan kesehatan untuk
ibumu. Sudahlah cukup untukmu terus berdoa ibumu pulang ke Bontang. Sudahlah cukup
untukmu terus khawatir akan kesehatan ibumu. Sudahlah. Sekarang, kamu hanya
perlu mendoakan ibumu agar tenang disana, diberikan tempat oleh Allah diantara
orang-orang yang beriman. Diberikan kuburan yang luas nan sejuk. Diberikan kemudahan
untuk menjawab semua pertanyaan para malaikat Allah. Sudahlah. Ibumu sudah
senang disana, udah tenang disana memiliki anak yang rajin mendoakannya terus,
terus, tanpa lelah, terus berdoa.
Kamu tau ini rencana Allah.
Ibumu orang yang baik. Walaupun sedih, tapi ini lebih baik daripada ibumu terus sakit-sakitan, melawan semuanya selama bertahun-tahun. Ambil hikmahnya aja. Ambil sisi positifnya aja.
Ibumu orang yang baik. Walaupun sedih, tapi ini lebih baik daripada ibumu terus sakit-sakitan, melawan semuanya selama bertahun-tahun. Ambil hikmahnya aja. Ambil sisi positifnya aja.
Kamu masih nangis? Masih sedih?
Nangis nggak papa,kok. Wajar. asal jangan terus-terusan,ya:)
hidupu maih panjang, masih banyak yang belum terisi. Ibumu pasti mau liat
anaknya sukses, nggak terus nangisin ibunya. Ibumu Cuma butuh doa.
Untukmu, tetaplah tabah. Jangan sok tegar. Cerita aja ke
teman kalo ada apa-apa. Aku nggak butuh nanti kamu murung terus di kelas, duduk
diampingku. Terusnlah nanya cara-cara untuk menyelesaikan soal sama aku. Aku nggak
butuh nanti kamu jadi pendiam. Allah juga nggak butuh itu. Walaupun Allah udah
banyak merubah, tidak usahlah kamu menambah-nambah perubahan yang telah
dirubahNya. Tataplah menjadi dirimu, walaupun tanpa kehadiran seorang Ibu. tugas ibumu sudah selesai untuk mejagamu, mengajarkanmu tentang kejujuran, kemandirian, ketabahan, kelapangan dada, kesopanan, dan banyak hal. Kau bisa merasakannya sekarang. Bercerminlah, ada ibumu dalam dirimu.
Sepotong awan menari dan seonggok tinta pena yang tak pernah tertuliskan dilayar.
Untukmu, sahabat, teman semeja, teman jurnalistik, teman sekelas,
teman yang membuat semua berbeda, teman yang mengajarkanku berhemat,
Azizah Kusuma Wardani
turut berduka cita ya :')
BalasHapusiya kak :'D
HapusHmmm ;( aku harus bagaimana ? Hmmmm tolong jawab ya ...!! Butun jelek
BalasHapus