Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Desember 2012

Sepotong Awan, Untukmu Ijah


Selamat hari dimana hari orang-orang mengucapkan ‘selamat hari ibu’ untuk ibunya.
Setiap hari adalah hari ibu.

Malam minggu. Sabtu malam. Aku habiskan bersama keluarga pergi ke luar mencari makan. Awalnya mobil menuju koperasi. Sesampai disana, ternyata kopkar udah rame karena ada expo. Putar balik. Akhirnya tujuan terakhir untu mengisi perut yang mulai semakin keras laparnya. Gudeg Bu Herman adalah tempat berlabuh terakhir. Pft.

Aku memesan cumi goreng dan nasi putih ditemani segelas es jeruk.

Semua sudah mendapat makanan, kecuali aku dan Kak Mif.

“Innalillah. Yang, istrinya pak Anwar meninggal!” kak Mif menjelaskan sambil me-roll BlackBerrynya. Aku mulai berfikir. Mencari tahu siapa ini pak Anwar. Yang jelas pak Anwar ini temannya Kak Mif dan Kak Mif diberitahu oleh temannya via BBM.
“Innalillah. Kapan?” Kak Noe’, istri Kak Mif menyaut. Aku semakin ingin tahu.
“barusan ini”
“Pak Anwar siapa kak Mif? Bapaknya temanku itu?”
“iyaa. Bapaknya temenmu itu” aku semakin lemah.

Kak Mif adalah suami kakak sepupuku yang bekerja sebagai PNS yang menjabat sebagai kepsek di SMAN3 Bontang. Kak Mif ini kenal sama bapaknya Ijah karena, bapaknya Ijah yang terkenal di lingkungan para PNS.

Makananku datang dibarengi dengan makanannya Kak Mif juga. Oh, belum kusantap makananku. Dan kusadari, betapa kenyangnya aku mendengar berita itu. Aku terus menatap kosong.

Ini beneran?
duh. Aku nggak ada pulsa gimana mau sms Ijah sama kasitau temen-temen yang lain?

Kak Mif dan yang lain masih membicarakan Ibunya Ijah.
aku menjelaskan semuanya. Semua yang aku tahu. Semua yang Ijah ceritakan.

1jam kemudian, hapeku bergetar dengan mengeluarkan suara khasnya.
“Ibunya Ijah meninggal. Anas.” Sms dari Anas meluncur dengan cepat dan menjalar ke seluruh bagian tangan. Oh aku mulai merinding lagi. Aku berusaha melupakannya. Ku lanjutkan makanku.

10menit setelah smsnya Anas, hapeku bergetar lagi.
“Din, ibunya ijah meninggal” Indri mengajakku meneteskan air mata hanya dengan satu kalimat. Oh aku butuh satu sms lagi untuk berguling-guling di restoran itu.

Aku harus melanjutkan makanku.

Ijah, apakah kau tahu bagaimana rasanya seperti ingin teriak menangis sejadi-jadinya tetapi tertahan? Tidak. Kau tidak perlu tahu. Sudah. Kau nikmati itu aja semua. Allah memberimu cobaan yang pastinya kamu bisa lalui.

Hai, Jah :))
Kamu tahu ini hari apa? Ini hari Ibu.
Sudahlah cukup untukmu terus mendoakan kesehatan untuk ibumu. Sudahlah cukup untukmu terus berdoa ibumu pulang ke Bontang. Sudahlah cukup untukmu terus khawatir akan kesehatan ibumu. Sudahlah. Sekarang, kamu hanya perlu mendoakan ibumu agar tenang disana, diberikan tempat oleh Allah diantara orang-orang yang beriman. Diberikan kuburan yang luas nan sejuk. Diberikan kemudahan untuk menjawab semua pertanyaan para malaikat Allah. Sudahlah. Ibumu sudah senang disana, udah tenang disana memiliki anak yang rajin mendoakannya terus, terus, tanpa lelah, terus berdoa.

Kamu tau ini rencana Allah.
Ibumu orang yang baik. Walaupun sedih, tapi ini lebih baik daripada ibumu terus sakit-sakitan, melawan semuanya selama bertahun-tahun. Ambil hikmahnya aja. Ambil sisi positifnya aja.
Kamu masih nangis? Masih sedih?
Nangis nggak papa,kok. Wajar. asal jangan terus-terusan,ya:) hidupu maih panjang, masih banyak yang belum terisi. Ibumu pasti mau liat anaknya sukses, nggak terus nangisin ibunya. Ibumu Cuma butuh doa.

Untukmu, tetaplah tabah. Jangan sok tegar. Cerita aja ke teman kalo ada apa-apa. Aku nggak butuh nanti kamu murung terus di kelas, duduk diampingku. Terusnlah nanya cara-cara untuk menyelesaikan soal sama aku. Aku nggak butuh nanti kamu jadi pendiam. Allah juga nggak butuh itu. Walaupun Allah udah banyak merubah, tidak usahlah kamu menambah-nambah perubahan yang telah dirubahNya. Tataplah menjadi dirimu, walaupun tanpa kehadiran seorang Ibu. tugas ibumu sudah selesai untuk mejagamu, mengajarkanmu tentang kejujuran, kemandirian, ketabahan, kelapangan dada, kesopanan, dan banyak hal. Kau bisa merasakannya sekarang. Bercerminlah, ada ibumu dalam dirimu. 


Yap. malam minggu ini sukses dibuat kenyang, senang, dan sedih yang teramat. 
Ada alam dari mamakku. Kamu dapet smsnya,kan? Iya, mamakku juga ikutan sedih. Mamakku ngirimin kamu sms itu dengan bertanya kepadaku dulu sebelum mengirimnya. Aku menangis. Mamakku ikut menangis. Entahlah, jadi semakin susah ekali menghentikan tangisan ini jika aku terus memanjangkan tulisan ini.






Sepotong awan menari dan seonggok tinta pena yang tak pernah tertuliskan dilayar.
Untukmu, sahabat, teman semeja, teman jurnalistik, teman sekelas, 
     teman yang membuat semua berbeda, teman yang mengajarkanku berhemat, 
Azizah Kusuma Wardani

3 komentar: