Sabtu, 26 Januari 2013
Sabtu, 19 Januari 2013
Selamat Tanggal 18, Kakaa
Walaupun bukan dari dia langsung, tapi ya gitu, semacam udah
nggak punya harapan lagi.
Yaa emang dari awal sih nggak ada harapan.. karna kamu nggak
ngasih, sekecil biji zarah pun, kaka:))
Jadi, yang kemaren-kemaren itu apa?
OH.
Aku salah lagi, ya?
Itu bukan harapan, ya?
Kamu kan emang ramah dan syelaloeeh tersenyum.
Pas lagi tatap-tatapan itu pun mungkin Cuma kebetulan, kan?
Haha. Walaupun aku gak percaya yang namanya kebetulan.
Hah. Yaudasi. Kamu. Aku. Kita yang tak pernah bersinggungan
di altar doa. Kamu gak liat? Tuh altar doa penuh doa dari aku buat kamu. Semoga
sukses ngerjain Try Out, UN, dan ulangan harian, semoga cita-citamu tercapai,
semoga kamu bisa banggain orang-orang yang kamu sayang, semoga selalu dalam
lindunganNya. Selamat tanggal 18, kakaaa:))
Terimakasih buat beberapa minggu ini. Terimakasih buat
nyemangatin pergi kesekolah beberapa minggu ini. Terimakasih kamu, yang
(pernah) menjadi penting :))
Senin, 07 Januari 2013
Yang Kutahu, Itu Cinta
Jadi, bagaimana dengan kesibukanmu? Masih sama? Oh, atau
akan selalu sama? Haha. Aku juga bakal selalu sama kok. Selalu gini, nulis
tentang kamu seakan-akan kamu akan baca,
dan bersedia masuk dalam ceritaku. Cerita yang sebenarnya tidak pernah ku buat sendirian.
Ya, kamu selalu ada, walaupun hanya ingatan sekilas-semu-tak
mungkin-jauh-keras. Hmpf.
“Din, menurut kamu, cinta itu apa?” sambil menggerak-gerakkan tanganya.
Dia gugup? Atau dia sedang jatuh cinta? Atau sudah lelah dilelahkan oleh cinta? Haah. Aku tak tahu.
Dan aku pura-pura tidak dengar. Akan kugunakan waktu saat dia mengulang ucapannya untuk memikirkan cinta itu apa, gumamku. Dan dia mengulang kalimatnya. Aku menyunggingkan senyum. Aku ingin sekali menjawab, tapi ragu. Lalu, sahabat saya itupun merangkai langkahnya, semakin jauh dari pandangan sambil memeluk tugas Tata Boga. Dan aku mengikuti langkahnya dari jauh. Kuperlambat langkahku.
Dia gugup? Atau dia sedang jatuh cinta? Atau sudah lelah dilelahkan oleh cinta? Haah. Aku tak tahu.
Dan aku pura-pura tidak dengar. Akan kugunakan waktu saat dia mengulang ucapannya untuk memikirkan cinta itu apa, gumamku. Dan dia mengulang kalimatnya. Aku menyunggingkan senyum. Aku ingin sekali menjawab, tapi ragu. Lalu, sahabat saya itupun merangkai langkahnya, semakin jauh dari pandangan sambil memeluk tugas Tata Boga. Dan aku mengikuti langkahnya dari jauh. Kuperlambat langkahku.
Cinta itu apa?
Cinta itu saat ada yang bertanya ‘apa itu cinta?’ dan bayangan seseorang/sesuatu
mulai bermain di ingatanmu.
Cinta itu saat kau selalu menyelipkan namanya disela doa-doamu.
Cinta itu saat kau selalu menyelipkan namanya disela doa-doamu.
Cinta itu mampu
membuatmu tersenyum saat hanya mendengar atau mengucap namanya.
Cinta itu saat kamu
merasa kehilangan saat tak ada lagi kehadirannya. Atau bahkan hanya kabarnya.
Cinta itu rasa peduli
yang dibarengi pengorbanan.
Cinta itu membuat rasa
takut, rasa keragu-raguan, rasa kehilangan asa digantingan dengan ‘aku bisa!’
Cinta itu rasa dimana
ingin bertahan lebih lama.
Cinta itu membuat 'segalanya' menjadi terasa ringan.
Cinta itu mampu
membuatmu berangan dan membuat perutmu dipenuhi oleh kupu-kupu.
Cinta itu dimana ada
rasa takut untuk tidak mengingatnya.
Cinta itu dimana ada
rasa khawatir untuk tidak mengkhawatirkannya.
Cinta itu tetaplah
cinta saat ia memberikan energy negative. Apakah kamu masih tetap cinta?
Cinta itu…. cinta ibu
kepada anaknya, cinta manusia kepada Tuhannya.
Cinta itu… dimana ada
senyuman, disitu ada cinta.
Hah. Tau apa kamu, Din, soal cinta?
Dan buyarlah semua deskripsi tentang cinta.
Oh, aku membodohi diriku sendiri.
Cinta tak bisa kamu jabarkan dengan tulisan, dengan
kata-kata. Biarkan perasaanmu, otakmu, tiap-tiap bagian tubuhmu, indramu
merasakannya. Entah jantungmu akan berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah
perutmu jadi mules. Entah bulu-bulu ditangan, di lehermu ikut melukiskan
senyum bahagia. Entah bibirmu akan lebih
sering melengkungkan garis manis. Entah pendengaranmu menjadi semakin peka.
Entah kamu jadi ingin terus menari.
Aku mencintaimu, karna Tuhanku yang membuat cinta ini. Aku
ingin mencintaimu, sekali lagi.
Sabtu, 05 Januari 2013
Ya, Aku Pernah
Malam yang sama. Harapan yang sama. Angan yang sama.
Imajinasi yang sama. Kamu yang masih sama.
Pernahkah namamu disebut olehnya? Pernah? Terasa lebih
lembut? Lebih jelas? Lebih berisi harapan? Lebih tidak terjangkau? Haha. Aku
pernah.
Pernahkah dia melemparkan senyuman padamu? Sekali? atau
bahkan setiap berpapasan? Seisi dunia seperti berada dipihakmu? Merasa jadi
orang yang paling beruntung? Atau.. semakin terasa bahwa dia hanya memberi
harapan yang samar? Haha. Aku pernah.
Pernahkah kamu menulis namanya di bagian terbelakang bukumu?
Pernah? Seperti… dia akan membacanya suatu hari? Seperti menjadi bagianya di
hari itu? Seperti…. Ah sudahlah. Aku juga pernah merasakannya.
Pernahkah kamu mendengarkan sebuah lagu yang membuat
bulu-bulu tanganmu ikut mendengarkan? Ikut menari? Lagu dimana mengingatkanmu
padanya. Aku pernah.
Pernahkah kamu berdoa di suatu malam, menata doa untukNya,
tentangnya? Berharap Tuhanmu mendegarkan rengekanmu dengan penuh cinta,
melebihi cintamu padaNya? Berharap esok hari Tuhanmu akan mengabulkan
senandungmu? Aku pernah.
Pernahkah kamu menulis sebuah percakapan.. percakapan yang
kamu impi-impikan... percakapan bersamanya? Dan kemudian, kamu tersadar, sudah
terlalu jauh berharap, terlalu banyak menumpuk angan, terlalu bodoh untuk
menghentikan semuanya? Tersadar bahwa jalan awal sudah terlalu jauh untuk
ditempuh kembali dan jalan pulang memilih untuk terus maju, memilih tidak
memperdulikan harapanmu, memilih tidak memperdulikan kisahmu. Aku pernah.
Pernakah kamu memimpikannya, menjadikannya bintang utama
dalam bunga tidurmu? Mungkin, bukanlah kamu yang membuatnya menjadi pemeran
utama. Dan mungkin saja kamu membuatnya menjadi pemeran utama saat kamu
menyadarinya bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. Menemani tidurmu. Membuatmu
melepas semua kegelisahan untuk menggelisahkannya. Dan berharap mimpi itu
menjadi kenyataan. Aku pernah.
Pernahkah kamu merasakan, bahwa hal-hal yang dia lakukan
ditunjukkan padamu? Dan lagi. Menyadari untuk kesekian kalinya. Bukan untukmu.
Aku pernah.
Pernahkah kamu merasakan, dia menoleh ke belakang untuk
mencarimu? dan… HAHAHAHA. Bukan itu sebenarnya. Dan kemudian ingin bumi
menyedotmu saat itu juga. Aku pernah.
Pernahkah di suatu hari, tanpa kamu sadari, kamu berangan
lagi. Membuat ceritamu sendiri. Dan diikuti senyuman yang tak hentinya menari?
Aku pernah.
Pernahkah kamu membuatkannya sebuah cerita, cerita yang kamu
pikir akan dibacanya suatu hari? Dan kamu tau hal yang pasti; dia tak akan
pernah peduli, tak akan pernah menyadari, tak mau membaca dan ikut menikmati
kisahmu. Aku pernah.
Pernahah kamu merasakan, bahwa kamu salah jatuh? Salah
menaruh perasaan? Salah menitipkan harapan? Salah menumpuk angan? Dan lagi.
Kamu sadar. Kamu tidak salah kali ini. Dan dunia mengajakmu menari lagi,
menemani langkahmu yang kemudian sepi. Sepi. Habis. Anganmu akan dimakan
harapan tak menentu. Menjadikanmu semu. Tak berdentum. Buntu. Aku pernah.
Pernahkah kamu berfikir, bertanya pada dirimu sendiri, ini
tak memberimu kenikmatan, hanya akan memberimu keraguan tak berujung? Mencoba fokus
Try Out, fokus Ujian Nasional. Aku pernah.
Pernahkah kamu berfikir untuk menghentikan sebuah ketikan?
Ya. Aku pernah.
Langganan:
Postingan (Atom)