Cari Blog Ini

Sabtu, 05 Januari 2013

Ya, Aku Pernah


Malam yang sama. Harapan yang sama. Angan yang sama. Imajinasi yang sama. Kamu yang masih sama.

Pernahkah namamu disebut olehnya? Pernah? Terasa lebih lembut? Lebih jelas? Lebih berisi harapan? Lebih tidak terjangkau? Haha. Aku pernah.

Pernahkah dia melemparkan senyuman padamu? Sekali? atau bahkan setiap berpapasan? Seisi dunia seperti berada dipihakmu? Merasa jadi orang yang paling beruntung? Atau.. semakin terasa bahwa dia hanya memberi harapan yang samar? Haha. Aku pernah.

Pernahkah kamu menulis namanya di bagian terbelakang bukumu? Pernah? Seperti… dia akan membacanya suatu hari? Seperti menjadi bagianya di hari itu? Seperti…. Ah sudahlah. Aku juga pernah merasakannya.

Pernahkah kamu mendengarkan sebuah lagu yang membuat bulu-bulu tanganmu ikut mendengarkan? Ikut menari? Lagu dimana mengingatkanmu padanya. Aku pernah.

Pernahkah kamu berdoa di suatu malam, menata doa untukNya, tentangnya? Berharap Tuhanmu mendegarkan rengekanmu dengan penuh cinta, melebihi cintamu padaNya? Berharap esok hari Tuhanmu akan mengabulkan senandungmu? Aku pernah.

Pernahkah kamu menulis sebuah percakapan.. percakapan yang kamu impi-impikan... percakapan bersamanya? Dan kemudian, kamu tersadar, sudah terlalu jauh berharap, terlalu banyak menumpuk angan, terlalu bodoh untuk menghentikan semuanya? Tersadar bahwa jalan awal sudah terlalu jauh untuk ditempuh kembali dan jalan pulang memilih untuk terus maju, memilih tidak memperdulikan harapanmu, memilih tidak memperdulikan kisahmu. Aku pernah.

Pernakah kamu memimpikannya, menjadikannya bintang utama dalam bunga tidurmu? Mungkin, bukanlah kamu yang membuatnya menjadi pemeran utama. Dan mungkin saja kamu membuatnya menjadi pemeran utama saat kamu menyadarinya bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. Menemani tidurmu. Membuatmu melepas semua kegelisahan untuk menggelisahkannya. Dan berharap mimpi itu menjadi kenyataan. Aku pernah.

Pernahkah kamu merasakan, bahwa hal-hal yang dia lakukan ditunjukkan padamu? Dan lagi. Menyadari untuk kesekian kalinya. Bukan untukmu. Aku pernah.

Pernahkah kamu merasakan, dia menoleh ke belakang untuk mencarimu? dan… HAHAHAHA. Bukan itu sebenarnya. Dan kemudian ingin bumi menyedotmu saat itu juga. Aku pernah.

Pernahkah di suatu hari, tanpa kamu sadari, kamu berangan lagi. Membuat ceritamu sendiri. Dan diikuti senyuman yang tak hentinya menari? Aku pernah.

Pernahkah kamu membuatkannya sebuah cerita, cerita yang kamu pikir akan dibacanya suatu hari? Dan kamu tau hal yang pasti; dia tak akan pernah peduli, tak akan pernah menyadari, tak mau membaca dan ikut menikmati kisahmu. Aku pernah.

Pernahah kamu merasakan, bahwa kamu salah jatuh? Salah menaruh perasaan? Salah menitipkan harapan? Salah menumpuk angan? Dan lagi. Kamu sadar. Kamu tidak salah kali ini. Dan dunia mengajakmu menari lagi, menemani langkahmu yang kemudian sepi. Sepi. Habis. Anganmu akan dimakan harapan tak menentu. Menjadikanmu semu. Tak berdentum. Buntu. Aku pernah.

Pernahkah kamu berfikir, bertanya pada dirimu sendiri, ini tak memberimu kenikmatan, hanya akan memberimu keraguan tak berujung? Mencoba fokus Try Out, fokus Ujian Nasional. Aku pernah.

Pernahkah kamu berfikir untuk menghentikan sebuah ketikan? Ya. Aku pernah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar