Cari Blog Ini

Senin, 11 Februari 2013

Tiga Bait, Senja..


Kamu tu coba bilang apa gitu kek,ya, biar aku nyadar dikit. Hah. Seharusnya sadar banyak-banyak. Kamu emang jauh yang sebenarnya dekat.


Aku masih memperhatikan kamu
Mungkin selalu
Karena segala tentangmu membuatku candu
Ingin ku lepas rindu
Walau aku tak ada bagimu
Walau kau hanya senja yang semu

Seperti katamu
Tak ada harapan palsu
Tetapi, yang kulihat hanya harapan yang berlalu

Asal kau tahu
Aku tak bisa menghentikan dunia baruku; mencandu
Doaku, harapanku, yang selalu kurapal untukmu
Hah. Akupun terlalu bodoh untuk tidak berhenti bercerita pada Tuhanku.. tentangmu
Walau ku tahu, doa kita tak pernah bertemu pun juga beradu


Untukmu Senja, yang terus menggerakkan penaku. 
Semangat kelas 9, semangat Try Out, semangat Ujian Nasional. 
Semangatlah kamu, karena kamu adalah semangatku

Rabu, 06 Februari 2013

Yang (masih) Tentangmu


Aku baru sadar. Seharusnya tidak sedalam ini.
Cewek yang berdiri tak sendiri itu mendapati dirinya basah dan kedinginan. Bis kota yang tak biasanya datang terlambat membuatnya menunggu di halte yang tak jauh dari sekolahnya.

Ya. Itu aku.

Aku tidak takut hujan. Aku hanya takut, hujan akan membawa kenangan itu kembali lagi ke permukaan. Senyum itu, ya aku ingat sekali.

Tangan itu.. aku tau, aku tak pantas menggenggamnya. Tapi, hah. Sudahlah. Mungkin Tuhan ingin membuat suatu kejadian yang jika kuingat aku akan tak hentinya tersenyum. Ya, Tuhan ingin melikatku tersenyum…. Karenamu.

Alunan rintikan hujan kali ini, menemani sepi yang tak kunjung menepi... pun juga rindu ini. Ah. Tidak hanya kali ini. Hujan selalu menyertai kepergianmu yang haus akan rindu ini.

Seperti katamu... Apa peduliku? Hujan membawa kenangan yang masih tentangmu

Sabtu, 02 Februari 2013

"Selamat Ulangtahun, Ya...."


Selamat pagi, Senja. Kuharap kamu ingat.

Oh ya, sebelumnya, selamat ulangtahun untuk diriku sendiri. Semoga segala harapan dari diriku sendiri, keluarga, teman dikabulkan. Amin. Aku merasa sangat tua.

Ratusan doa pula dipanjatkan oleh teman-teman melalui sms, twitter, facebook, juga secara langsung berjabat tangan. Hah.

Malam pergantian usiaku pun aku masih terus memanjatkan doa untukmu yang sebenarnya yang bahagia hanya aku. Aku tahu itu.

Dan terbangun keesokan harinya dan menyadari, aku terlalu banyak berharap hingga terlelap. Tak pun merasa lelah.

Aku menggosok-gosok kedua telapak tanganku sejak sampai di sekolah. Ya, pagi itu terasa sangat dingin. Dingin yang ditemani oleh ribuan tanya dan ribuan doa.

“Alba!” suara yang khas keluar dari bibir teman seangkatan yang pernah sekelas denganku. Dengan rambutnya yang keriting, aku semakin yakin itu dia. Nabil.
“Ha?”
“Sini!!”
“Ha? Aku?”
“Iyalah”

Akupun mulai menata langkah mendekati Nabil yang tidak duduk sendirian disana. Seingatku, ada 9 cowok duduk bersama Nabil yang juga melihat ke arahku.

“Weh.. Ba! Selamat ulangtahun, ya!” Nabil menjabat tanganku. Dia tetap pada posisi duduknya.
“Eh. Iya. Makasih ya!” kurangkai senyuman terbahagia untuk teman seangkatanku itu.
“Lho, Alba ulangtahun?” seorang teman yang lain bertanya bingung.
“Heleh, iyaaaa!!” jawab Nabil
“Bweeee! Selamat ulangtahun ya, Ba!”
“Selamat ulangtahun, Ba! Makan-makan!”
“Iya. Makasih, yaaa!!”
“Eh, Ba! Gini aja, daripada kamu capek nyalamin satu-satu, kamu lari aja dari ujung sambil njulurin tangan, kita juga njulurin tangan. Kayak pemain bola gitu lho!!”
“Bwahahahaha. Oke-oke”
Dan mereka sudah bersiap
“Cepat, Ba!!”
“Bwahahahaha!!! Lucu nah! Hah. Gak kuat”
“cepet, Baaa!!”
“Iya-iya… cepet dah kalian njulurin tangan, ya. Aku lari”

Mereka pun menjulurkan tangan mereka. Aku tak kuasa menahan tawaku.mereka pun sama. Betapa akan kurindunya momen seperti ini nanti, ujarku pada diri sendiri.

“Alba, selamat ulangtahun, yaaaa. Semoga panjang umur, sukses UNnya semoga dapat niali UN tertinggi. Amin”
“Terimakasih, ya, Agam!!!! Aminaminamin!! Semoga kita bisa lulus sama-sama!!” semakin kueratkan jabatan tanganku. Hah. Aku rindu sekelas sama Agam. Rindu suaranya yang lantang.

Suasana sekolah hari itu terasa berbeda. Lebih indah tetapi ada yang kurang. Itulah manusia, selalu merasa kurang. Dan doa yang sedari malam kupanjatkan tak kunjung berbalas. Mungkin bukan itu yang aku butuh, ujarku pada diri sendiri lagi.

Dada terasa sesak. Penuh akan harapan sendiri yang entah mengapa aku masih saja terus merangkainya menjadi doa. Walaupun itu nantinya tidak terjadi, tetapi aku sudah berdoa. Ya, aku tidak berusaha. Untuk apa? Aku sudah cukup begini saja. Menikmatimu dari jauh, dalam-dalam, merangkai doa, indah kurasa.

Kantin sekolah masih sama. Sesak. Aku membelanjakan uangku untuk membeli semangkuk soto dan dua gelas aqua. Cukup sudah membuatku semakin sesak.

Sebenarnya apa yang benar-benar aku harapkan? Apakah ini salah? Aku pikir, jika ini salah, tak mungkin sedalam ini, tak mungkin sejauh ini, tak mungkin senyaman ini, tak mungkin seindah ini.

Sisa beberapa menit lagi bel masukan berbunyi mengingatkan kami bahwa sekolah memang harus sekolah. Aku mengambil posisi paling ujung dekat dengan pintu kelas. Sambil meneguk aquaku, aku duduk di depan kelas. Ya, disana ada beberapa deretan kursi-kursi bekas yang sudah tidak layak diduduki di kelas. Tidak hanya sendiri, teman sekelas yang sudah aku anggap sahabat juga ikutan duduk. Mereka pun bercerita. Entah kenapa, hari itu aku mengacuhkan apa yang mereka ceritakan. Aku menoleh ke pintu kelasnya sekali-kali. Hah. Dia memang jarang main di luar.

Aya, Hana, dan Dinda tiba-tiba berlari dan berteriak ke kelasnya.

“Abeeee, Alba ulangtahun, lhooo!!”
“Abee coba ucapin ke Alba selamat ulangtahunnnn!!”
“Aaaabeeee”

Dan dunia mulai menertawaiku.

Aku mulai bersandar. Membisikkan pada diri sendiri bahwa dia nggak akan pernah datang ngucapin.
Dan… haha. Dia datang.

Yang kuingat, dia datang dengan senyum lebar dan tangan yang digoyang-goyangkannya. Ya, dia memang selalu tersenyum.

Hampir seluruh kelas angkatanku keluar dari sarangnya. Adik kelas pun ikut berkeluaran. Entahlah, aku mencoba menikmati momen itu, tetapi yang ku ingat hanya beberapa. Dan kusimpulkan, itu karena aku ‘sudah kemana-mana’, sudah terbang terlalu tinggi, menyadari bahwa doaku dikabulkan. Ya, walaupun dia terpaksa. HAHA.

“salaman tuloo, Beeee!!” suara-suara teman seangkatan mulai berkoar. Hah. Dunia benar-benar menertawaiku.

Kulihat tangannya bergoyang-goyang. Dan aku tak berhenti tersenyum. Walalupun sudah kucoba.
Tangannya terulur…

“Selamat ulangtahun, ya…” ucapnya dengan sedikit tergesa-gesa. Suaranya yang mengalahkan puluhan teman seangkatan cukup mampu membuatku tidak bisa berhenti tersenyum.Tuhan, tolong, saat ini berhentikan waktu sebentaaaaaaaaar saja, berikanlah walaupun hanya sedetik lebih lama.

Dan  aku salah tingkah. Wajar. Hah. Sudahlah.

“Ciee ukhti disalamin..” teriak teman pengajianku yang berbadan besar itu.
“heeh. Nggak boleh. Bukan mukhrim…” dan aku membalas candaannya.

Ku julurkan tanganku. Menerima juluran tangannya. Hah. Munafik emang. Aku juga tidak tahu, apakah aku menggenggamnya erat atau hanya biasa saja. Aku sudah terbang terlalu jauh.

Riuh. Kata ‘Cieee’ berdesakan masuk ingin didengarkan.

Sudah. Dia pergi. Aku berlari masuk ke kelas dan menginjak pot bunga dan juga menginjak kaki seorang teman. Aku benar-benar terbang terlalu tinggi.

Dan hari itu, pelajaran matematika 3 jam terasa mudah. Hah.

Sore harinya, aku pergi les. Bertemu beberapa teman yang sama di sekolah. Aku masih di-cieee-in sama mereka. Dan menghentikan senyum ini tidaklah mudah.

“Eh Ba, tadi itu dia kan aku suruh ngucapin ke kamu, trus dia nanya.. ‘eh, Ra, aku bilang kayak apa? Gimana bilangnya?’ trus aku bilang ‘bilang aja, Alba, selamat ulangtahun, ya’ trus dia jalan sendiri, padahal aku nggak maksa dia pergi dan nggak dorong dia” cerita Rara padaku. Padahal aku tidak memintanya bercerita.

“Anu, tadi juga, sebelum ngucapin ke kamu, aku bilang gini ‘eh Be, hari ini Alba ulang tahun, lho’ trus kamu mau tau dia jawab apa? Dia jawab gini ‘trus aku harus apa?’ gitu, Ba…”

Oke. Hmch. Rasanya.... ya gitu. Yang jelas rasanya sakit.

Mengenang hari itu pun rasanya berat sekali. Apa yang akan dikenang? Jabatan tangan dan seonggok kata-katanya? Haha. itu tidak cukup untuk menyembunyikan apa yang dia ucapkan sebelumnya. 

Terimakasih, Senja. Hari itu kau membuatku tersenyum tak hentinya dan menyesal yang tak hentinya pula. Terimakasih untuk tanggal 26 Januari 2013 itu, aku tahu itu takkan terjadi lagi. Terimakasih sudah mau ngucapin aku selamat ulangtahun dan bonus berjabat tangan. Terimakasih untuk keseimbangan kejadian hari itu yang luar biasa.

Kita tidak akan pernah merasakan bahagia sebelum kita merasakan bagaimana rasanya bersedih.