Haeeeee,kamu *emotsemut* UNnya udah kelar, Alhamdulillah. Degdeg-annya masih kok. Semoga teman-teman juga Dini lulus dengan nilai memuaskan dan masuk SMA yang dimau. Aamiin.
Nah kali ini cuma mau membagi lagunya JKT48. Dini sih nggak ngefens,cuma suka aja sama lagu-lagunya. Liriknya emang kadang gak jelas tapi entah kenapa bisa suka. Personilnya yang aku kenal juga cuma Nabilah. Hmph.Yahudahh. Daripada banyak omong gak jelas, nih aku bagi lirik sama link buat donglot
Memperbaiki garis putih di lapangan sekolahDi bawah matahari aku berlari, hari-hari masa mudaJalan milik kamu terbentang lurus dan terus memanjangAngin yang sesaat bersama dengan debu, memori jauh di sana
Tidak ingin kalah dari siapapunDengan siapakah diriku telah saling bersaing
Sampai tujuan yang aku inginTerus jalan walau tak akan sampaiDi tengah mimpi air mata mengalirKu hapus dengan tangan ini
Kakak kelas yang berlari di depanMenghantar bayangan yang panjangBunga sakura gugur dan meninggalkan rantingTahun depan bersemi lagi
Saat teriakan klub sepakbola telah berhentiAku memandang matahari senja yang terbenam, kesepian musim panasPikiran yang bimbang di persimpangan mimpi yang berhentiPada saat itu dirimu menepuk pundakku dan pergi melewatiku
Sesuatu yang telah diajarkan punggungBahwa semua orang berlari dengan tempo yang berbeda
Pada tujuan yang aku inginLangit biru menunggu dirikuMana yang lebih dulu memutuskan pitaBagaimanapun juga boleh
Musim upacara kelulusanDi dalam dada pun angin bertiupBunga sakura hari ini tercerai beraiDi tempat memikirkanmu
Sampai tujuan yang aku inginTerus jalan walau tak akan sampaiDi tengah mimpi air mata mengalirKu hapus dengan tangan ini
Kakak kelas yang berlari di depanMenghantar bayangan yang panjangBunga sakura yang tertinggalPasti suatu hari kan berkelana dari ranting
Liriknya kamu banget? Nih donglot disini
Senin, 29 April 2013
Sabtu, 06 April 2013
Hard to Breathe (tiga)
Cerita sebelumnya: Hard To Breathe, Hard To Breathe (dua)
Jum’at minggu kedua. Itu berarti sekolah Heina akan
mengadakan senam bersama. Ya, sekolah Heina memiliki kegiatan yang berbeda-beda
setiap Jum’atnya. Kelas 3 tersisa satu kelas. Tiga kelas lainnya sedang solat
Dhuha bersama. kelas Heina sudah melakukannya Jum’at minggu lalu, jadi hanya
kelasnya sajalah yang ikut senam bersama adik kelas lainnya.
“Nonton film,yok!” ajak Syahdan sesampainya
di kelas. Senam cukup membuat letih.
“Film apa?” suara yang gak asing lagi, Tarra.
“Silent Hill 2”
“Film apa?” suara yang gak asing lagi, Tarra.
“Silent Hill 2”
Semua mulai mengambil posisi
masing-masing. Banyak yang bergerombolan karena film ini termasuk menyeramkan.
Heina sendiri mengambil posisi paling depan dekat layar ditemani Jeni dan
Tarra. Sebenarnya Heina malas kalau nonton dekat Tarra. Alasannya karena Tarra
banyak nanya saat film berlangsung. Tapi Heina selalu merasa tidak sendiri jika
ada suara Tarra yang menggerogoti telinganya perlahan.
Dua puluh menit berlalu. Heina
mulai tidak fokus nonton. Sebenarnya Heina ingin sekali keluar meilihat Azhar
bermain bola atau hanya sekedar melihatnya keluar kelas.
“Ayok main voli!” ajak Heina kepada
teman yang lain.
“Ayok! Aku juga bosan nah nontonnya,” Tarra curhat.
“Ayok! Aku juga bosan nah nontonnya,” Tarra curhat.
Kelas Heina hanya memiliki dua orang yang mengikuti ekskul
voli, Heina dan Tarra. Kebanyakan mengikuti ekskul basket. Dan tim basket
sekolah juga banyak didominasi oleh kelasnya Heina, tak sedikit pula teman kelasnya
yang masuk tim seleksi basket sekota Bontang. Dan mereka juga bisa bermain
voli, walau kadang bolanya tidak terarah, tapi mereka bermain hanya untuk
bersenang-senang. Ada juga yang bermain voli ingin menghilangkan rasa galau dan
menyemesh bola sekuat-kuatnya.
Tidak ada pelajaran untuk kelas 3 setiap hari Jum’at
semenjak semester 2. Itu berarti, bisa bermain voli sampai pulang sekolah.
Azhar sudah bermain bola sejak selesai senam, Azhar letih dan duduk dekat
lapangan voli bersama temannya yang lain.
“Artha,
Reno! Ayo main! Ini pemainnya kurang!” teriak Ojan kepada segerombolan pemain
bola yang lagi istirahat.
Artha
dan Reno tidak beranjak dari tempatnya. Lalu Ojan mengajak Azhar. Azhar berdiri
diikuti Reno. Reno satu tim dengan Ojan, sedangkan Azhar masuk di tim Heina.
Seharusnya Heina satu tim bersama Ojan dan teman kelas Heina yang lain, tetapi
Ojan menolak dan menyuruh Heina satu tim dengan Azhar.
Rabu, 03 April 2013
Salam Satu Jiwa
Dan tentangmu. Aku juga nggak tau kenapa masih tentang kamu.
Aku juga gak mau kamu tau aku masih terus menulis tentang
kamu. ah. Dusta. Aku selalu berharap kamu membacanya… walaupun hanya ilusi
belaka.
Kalau semua tulisanku mengganggumu, biarkan aku terus
menulis. Mungkin hanya dengan cara itu aku bisa mengalihkan perhatianmu.
Sepertinya aku adalah tukang cari perhatian. Tapi, tetep aja kamu nggak baca.
Dan (mungkin) kamu nggak terganggu. Kalo merasa terganggu, berarti kamu sadar
semua tulisan itu untuk kamu. Dan lagi, kamu nggak pernah membacanya.
Menulis itu mampu membuatku candu. Sama kayak mikirin kamu.
Mungkin bukan candu, itu seperti sebuah keharusan. Aku nggak tau kenapa aku
memilih kata ‘keharusan’ untuk menggambarkannya. Mungkin karena itu juga sebuah
keharusan. Aku gak tau kenapa terus memakai kata ‘mungkin’ untuk mejelaskannya.
Penjelasannya masih semu… sama kayak kamu. Aku juga nggak tau kenapa bisa
ngetik setengah halaman hanya membahas seperti ini. Mungkin rumit, sama kayak
kamu. Dan sudah. Aku mau mengakhiri semuanya. Aku nggak mau merumitkan yang
sudah rumit. Dan nggak tau, aku tetep aja ngeladenin kamu yang terus membuat
rumit yang sudah rumit. Apakah rumit maknanya sama dengan susah? Kalau iya,
tenang, aku tidak merasa disusahkan sama kamu. Karena, sebenarnya, kamu nggak
buat susah, cuma aku aja yang menganggapnya susah. Kamu nggak ngapa-ngapain aja,
aku mati iseng sendiri.
Kalo
kamu baca ini kamu merasa diribetkan, tenang, kamu kegeeran. Sebenarnya tulisan
ini buat aku sendiri, karena lagi, kamu nggak pernah mau kesini untuk
membacanya. Salam satu jiwa, kamu!
#CurhatanDebora
Ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan dengan lisan,
secara lengkap. Mungkin bagiku semua hal.
Dan ada beberapa hal juga yang hanya bisa dijelaskan dengan
lisan, bukan kata-kata.
Ada beberapa hal yang tidak perlu kita ketahui,
Ada pula hal yang tidak perlu kita mengerti, cukup diketahui
saja.
Ada banyak jalan yang kita lewati. Dan ada saatnya dimana
kita akan mengerti, mengapa jalan itu yang terpilih.
Ada banyak cerita yang membutuhkan judul. Mungkin semua. Dan
akan tiba saatnya mengerti mengapa memilih judul tersebut untuk menggambarkan
seluruh isi cerita hanya dalam beberapa kata.
Ada juga harapan yang dibiarkan tetap menjadi harapan, tak
mau diteruskan. Karena sudah nyaman dengan keadaan atau apapun itu adalah hal
yang hanya menunjukkan kepura-puraan.
Ada banyak kedipan, helaan nafas juga debaran yang kita
lewati begitu saja. Tapi, ada waktu dimana kedipan, helaan nafas, dan debaran
itu kita nikmati, begitu sangat berarti.
Bukan
seberapa banyak waktu yang kita miliki, tetapi seberapa banyak kisah yang mampu
kita rangkai. Terimakasih untuk tiga tahun ini. Terimakasih telah mengajakku
merasakan bagaimana rasanya dihargai, dibanggakan, dikecewakan, dibahagiakan,
dan disedihkan. Mungkin tidak hanya itu saja. Banyak hal yang membuatku
semangat pergi ke sekolah. Dan aku sudah merindukan solat Dzuhur bersama di
sekolah dan makan siang dan permainan sebelum bimbel dimulai.
And
here I now, mencoba menikmati segala sesuatu. Tetapi untuk menikmati segala
sesuatu itu sendiri memiliki caranya sendiri untuk dinikmati. Dan segala
kenangan memiliki caranya sendiri untuk dikenang.
Langganan:
Postingan (Atom)