Cari Blog Ini

Sabtu, 29 Juni 2013

Aim Fhaaaain. Tengkyu

Assalamualaikum wahai para hamba yang masih nunggu kepastian!!! Mana suaranyaaaaaaaaa?????
Ah. 

Gimana liburannya? Hee aku menetap di kota mungil ini saja, tidak kemana-mana. Karena internet sudah mampu mengajakku berlibur dengan gratis. Yoi, kan Dini numpang WiFi getoh. Karena Dini yang solehah ini baru lulus SMP dan melanjutkan sekolahnya ke SMA, jadinya Dini sibuk ngurusin seragam, daftar ulang, Psikotes, dan nantinya bakal sibuk ngurusin MOS (baca: Masa Orientasi Siswa). Iya, yang lainnya pada liburan karena udah tenang bakal sekolah dimana keran udah dapet sekolah, nah Dini yang solehah ini menunggu kepastian sampe tanggal 25 Juni, dilanjut dengan urusan-urasan lainnya. Bayaran atas semuanya adalah, Dini diterima di SMA yang Dini perjuangkan keamanannya, kebersihannya dan keahliannya. Eh.

Sudah ya, kalian pasti meng-apasih-in aku karena liburan yang luar biasa itu. Hmph.
Kali ini Dini mau nge-share sebuah tembang dari Lifehouse. Yah, liriknya galaw getooo. Iya, Dini ini anaknya mellow dan suka galaw. Cih.

Selasa, 25 Juni 2013

Super-sekali Day!

Aheeee!!!!!!!!!!!
Alhamdulillah dikasih sama Allah hari-hari yang selalu luar biasa. Kamu gimana?

Hari ini pengumuman kelulusan SMA Negeri 1 Bontang (baca: Smansa). Karena gak dikasihtau pengumumannya jam berapa, datanglah dini yang imut ini ke Smansa jam 8 pagi. Biasanya kalo bangun pagi, musti dibangunin dulu. Dan hari ini, aku bangun pagi seorang diri, mandiri sekali. Ah. Mungkin itu karna ketakutan dan kekhawatiran diriku akan ketidaklulusan. Aku takut kecewa. Aku gak pernah siap buat kecewa. Aku gak tau gimana setelah aku dikecewain terutama sama diri sendiri.

Sesampai di Smansa, aku melihat para orangtua mengeluh karena pengumuman kelulusan akan keluar jam 10. aku? Aku biasa saja. Ah dusta. Aku masih deg-degan. Karena bapak akan pergi kerja, bapak meninggalkanku dengan teman-teman yang lain di lobby.
Satu jam berlalu, seorang guru keluar dan berkata kepada Ibunya Iis “Baru sepuluh orang, Bu, yang dipilih.” Aku, yang gak bisa mikir bener, mengiyakan apa yang guru itu bilang. Lalu, guru itu pergi dengan kendaraannya.
                “Jam 9 lewat baru 10 orang? Jam berapa coba kelarnya kalo ada 224 orang?”  gumamku.
Semakin banyak teman yang berdatangan. Mereka mengajak bercerita, hm, itu juga membantuku melupakan rasa takutku.
Aku sudah memikirkan akan mendaftar di SMA 2 juka ditolak di Smansa. Tapi aku tidak memikirkan bagaimana perasaan orangtua jika aku ditolak. Aku tidak memikirkan raut wajah yang seperti apakah yang akan aku tunjukkan jika aku ditolak. Aku tidak memikirkan bagaimana reaksi teman-teman jika aku ditolak. Ah.

Jumat, 21 Juni 2013

Que Sera Sera



Ini semua karena laptopku yang gak mau nyambung sama Wi-Fi. Aku gak jutek kok. Aku selalu kayak gini; selalu gak bisa diem kalo mau pergi tidur, dan bikin milo sebelum tidur.

Dan untuk judulnya, awalnya aku kasih Mozaik Cengeng. Lalu tersadar, judul postnya Hadi ada Mozaiknya juga. Jadilah Que Sera Sera, yang akupun tidak tau artinya apa ._.

Malam ini aku tidur di rumah tanteku, yang rumahnya hanya dipisahkan oleh rumah nenekku. Ini penting, karena aku bisa internetan sampe pagi dan bisa nonton Spanyol main.
Dan malam ini kayaknya gak berpihak sama sekali kepadaku yang selalu lapar ini. Malam ini aku nangis bombay yang seharusnya aku pergi tidur. Dasar cengeng.
                Mungkin kalian yang membaca akan beranggapan seperti itu setelah membaca kata mujarab ‘nangis’. Iya, gatau kenapa, ini menurut pengalamanku sendiri. Orang yang nangis itu adalah orang yang cengeng. Menagisi yang sudah ditakdirkan untuk dia. Menangisi diri sendiri, dan ditertawai oleh semesta. Bodohnya, aku termasuk orang yang cengeng itu.

Cengeng pertama dikarenakan oleh Tahiti yang dibobol gol sampe 10, dan Tahiti tidak membalas satu gol pun. Tidak, aku bukan fansnya Tahiti. Walaupun aku pendukung setia La Furia Roja dengan sepenuh hati, tapi Tahiti membuatku terenyu akan segala permainannya. Gak ngerti ya? Huft.

Awalnya emang nganggep Tahiti ini ecek-ecek (baca: apa banget, nggak sepadan, amatir buat jadi lawan). Eh bukannya gimana, tapi tau dari statistik. Aku nggak maksud ngejelekin kok. Aku tetep cinta sepakbola, bukan cuma Spanyol, Barca, dan Arsenal aja.

Dan pas main, anggapan tentang ‘ecek-ecek’ itu nggak pernah lepas dari pikiran. Halftime lewat, skornya udah jauh. Aku tertawa puas karena Spanyol udah banyak ngegolin karena lagi, tentang ‘ecek-ecek’ itu. Aku juga tertawa karena permainan Tahiti yang duh-apa-banget-sih.

Dan saat Spanyol dapat penalty karena kesalahan pemain yang handball, aku mulai terenyu. Torres yang sudah menyumbangkan 3 gol itu, menjadi algojo. Dang! Aku, yang sudah yakin Torres bisa mencetak gol keempatnya, kecewa dan teriak juga di depan tivi. Ya, bolanya menabrak mistar gawang. Torres dan teman-teman lainnya biasa aja. Aku kira, ini karena mereka udah ngegolin banyak, jadinya not a big problem. Aku salah. Bodoh.

Apa yang dilakukan kipper Tahiti yang ternyata skor tidak jadi 9-0? Roche, kipper Tahiti langsung menghadap ke penonton dan mengepalkan tangannya ke udara dengan raut wajah yang saaaaaaaangat bahagia. Awalnya aku bingung, “ini kok udah kalah telak masih bahagia banget?” kecil sekali pemikiranku ini.