Heina sedang mencoret-coret papan tulis kelasnya saat Azhar
mengambil bola yang masuk ke kelas Heina. Matahari seakan ikut tersenyum
bersama dengan menggelindingnya bola yang berlabuh tepat di sebelah kanan
Heina.
“Permisi,ya.
Mau ambil bola,” ucap Azhar di depan pintu kepada Jeni yang sedang duduk di
meja guru.
“Eh iya, masuk aja,” Jeni menjawab
diikuti senyuman ciee-Heina-ada-Azhar-lho miliknya.
Azhar masuk dan langsung mengambil
bola milik sekolah yang dipinjamnya
dengan teman-teman kelasnya. Heina menoleh, menyadari Azhar yang berselimut
keringat itu sudah berada disampingnya.
“Haee,
Na,” sapa Azhar dengan senyuman sejuta umat miliknya.
“Hh-haee,
Zhar,” jawab Heina gagap,
tidak berani menatap mata milik Azhar yang berwarna cokelat kehitaman itu.
“Duduk
dulu, Na.. aku mau ngomong sesuatu,” Azhar yang sudah duduk sambil memegang
bola, mengajak Heina duduk di kirinya.
“Ngg-ngapain?” Heina yang bingung
dengan perilaku Azhar, tetap berdiri sambil melihat ke sekeliling.
“Duduk
aja dulu.”
Heina
yang sudah ada di samping Azhar, masih belum berani menatap Azhar.