Ia
mulai mengatur langkahnya. Langkah yang tak sekuat dan tak setegas dulu,
langkah yang membuatnya semakin jauh dari persimpangan itu. Ia tahu akan
seperti ini, tetapi tak setitikpun sesal dalam dirinya. Jika ia menikmati
awalnya, begitupun akhirnya. Ya, pada akhirnya semua tentang melepaskan hingga
merelakan.
Sebenarnya, apa yang selama ini kuharapkan
darimu hingga kaki ini lupa bagaimana rasanya beristirahat? Bukankah semua
sudah jelas, konkrit, dan nyata bahwa tak pernah sehelaipun perhatianmu
mencariku? Lalu, apa? Mungkin selama ini, yang kunanti hanyalah sebuah lelucon.
Sebuah pengharapan yang mungkin saja tak beralas. Bahkan aku sudah mengetahui bagaimana akhir dari ceritaku nanti, karena kamu telah mengakhiri... semuanya.
Coba kemari, temani aku sekali ini...
menikmati bisikan angin yang seakan ingin menyampaikan sebuah pesan
menitipkan karbondioksida pada alam
merangkai langkah kita pada putihnya pasir pantai
mengagumi ombak yang bergurau dengan tepian pantai
menertawakan burung-burung yang terbang berusaha memeluk angin. Tak mungkin.
menikmati bisikan angin yang seakan ingin menyampaikan sebuah pesan
menitipkan karbondioksida pada alam
merangkai langkah kita pada putihnya pasir pantai
mengagumi ombak yang bergurau dengan tepian pantai
menertawakan burung-burung yang terbang berusaha memeluk angin. Tak mungkin.
Rev: 27maret2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar