HAAAAAAIIIIIIIII.
Gila.
Kangen banget ngebog bhahahaha.
Jadi, kamu apa kabar? Udah bisa
berdamai dengan masa lalu?
IYALAH UDAH. KAN GAK BOLEH
STAGNAN DI SATU TITIK. HARUS BISA MOVE AWAY, MOVE UP, TRUS MOVE ON. HMMMM.
Udah ah, aku jadi sok asik.
Sebelumnya, aku mau
menggarisbawahi kalo post ini hanya ingin berbagi pengalaman dan semoga ilmu
yang bermanfaat. Kalo mau ngomentarin ini-itu mending gak usah dilanjut.
HAHAHAHA. BECANDA. Terserah kalian mau nganggep post ini gimana mau komen dalam hati atau diumbar kayak apa. Aku mah nulis apa yang pengen aku tulis. BHAK.
HAHAHAHA. BECANDA. Terserah kalian mau nganggep post ini gimana mau komen dalam hati atau diumbar kayak apa. Aku mah nulis apa yang pengen aku tulis. BHAK.
Post kali ini,
aku bakal nyeritain ‘pengelaman pertama’. YAP. Semua orang pasti punya
pengelaman pertama, entah itu pertama kali merangkak lalu berjalan, pertama
kali dapat nilai bagus lalu nilai anjlok, pertama kali jatuh trus bangun,
pertama kali dibiarin jatuh cinta lalu ditinggal pergi seenaknya. YAK.
Semua hal, semua rangkaian hidup
kita pasti ada ‘pertama kalinya’. Kalo dalam olahraga nih ya, sebelum mulai
pasti ada ‘awalannya’. Kalo awalannya salah, maka berpengaruh pada hasil akhir.
Iya, jadi dari situlah kita bisa menghargai bagaimana lelahnya berproses dan
belajar bagaimana melihat orang tidak hanya dari hasil akhir, tetapi lihat
mulai dari ‘awalannya’.
As
we know, mengawali sesuatu itu susah banget emang. Pasti mikir ‘aku bisa apa
enggak, ya?’ atau ‘ini bener nggak sih?’ atau ‘nanti aku siap nggak kalo aku
gagal?’ dan itu bakal terus menghantui kita sampai kita benar-benar memulainya.
MAKANYA, kita harus berani memulai. OKE, BOSKU?
Dah.
Aku mau mulai cerita nih.
Jadi,
pengalaman pertama yang aku maksud daritadi adalah pengalaman pertama ikut
Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) tingkat kota dalam rangka merayakan
ulangtahun LNG Academy yang ke-4 (GLANCE 2015). Tema umumnya adalah ‘FUTURE
CALLS FOR INDONESIA’.
Kenapa aku bisa ikut LDBI?
Hahaha
aku juga gak nyangka kenapa bisa ikut. Sebelumnya aku ikut NSDC (National
School Debate Competition) atau bahasa Indonesianya Lomba Debat Bahasa Inggris.
Ngikut waktu lomba antarkelas saat HUT SMANSA 29 dan tingkat Provinsi yang
masih dan harus banyak belajar. DAN, sekitar sebulan yang lalu pas aku lagi
jalan di koridor mau ke kantin, ada dua orang kakak dari LNG Academy datang ke
SMANSA buat nempel poster di mading sekolah. Hari itu bukan poster debat yang
ditempel, tapi lomba basket, vocal group, dan aku lupa apa lagi. Posternya
lucu, kekinian-gawl-kewl-hacep gitu.
NAH,
singkat cerita, Iyan sama Aby manggil aku. Jadilah kita bertiga ngobrol di
tengah sesaknya kantin. Halah. Mereka nawarin aku buat ikut lomba debat.
Awalnya aku nolak. Yaa siapalah aku diajak dua orang yang udah nembus peringkat
8 Nasional LDBI. Sebenernya satu orang tim mereka berdua itu adalah adek kelas,
tapi alasan mereka nggak ngajak dia karena biar dia bisa nyari teman untuk ikut
lomba debat soalnya kan Iyan dan Aby udah kelas 3, regenerasi gitu. Karena
ngerasa nggak pantas, aku bilang ke mereka kalo aku mau mikir-mikir dulu. Gaya
banget, kan? Wkwk.
Dan
setelah beberapa kali Iyan meyakinkan, akhirnya aku mau, dengan syarat kalo aku
butuh bimbingan dan diajarin cara-caranya. Mereka setuju.
Kenapa aku nerima?
Karena musuh
terbesar kita sebenarnya adalah diri kita sendiri, makanya aku bilang ke diriku
yang mungkin masih di alam bawah sadar, ‘kenapa gak ngasih kesempatan ke diri
sendiri?’. Ya jadi sekarang, buat temen-temen dan aku juga, jangan pernah
mengabaikan kesempatan. Ada kesempatan dikit, ambil!
Trus gimana?
Aku lupa
tepatnya tanggal berapa, Iyan ngasih aku juklak lomba. NAH, syarat buat ikut
lomba debatnya adalah harus membuat esai minimal satu halaman dan maksimal
empat halaman tidak termasuk cover dan biodata. Tema esainya adalah
‘Pendidikan’. Yak, tema ini masih luas banget. Jadi, buat mempersempitnya, kita
diskusi.
Akhirnya, kita
ketemu tiga argument esai pendidikan.
1.
Seringnya mengganti sistem pendidikan, tetapi
tidak memerhatikan pemerataan pendidikan.
2.
Pergantian kurikulum akibat kepentingan politik
3.
Pendidikan tidak hanya dijadikan sarana untuk
mencerdaskan bangsa, melainkan untuk meraup
keuntungan.
SUDAH RAPI.
SUDAH CANTIK. TINGGAL DIKIRIM. TAPI……………………
Kita mau minta
penilaian guru dulu, siapatau ada masukan bermanfaat.
Pertama, aku
sama Iyan ke Bu Hartatik. Beliau bilang cara penulisan udah bener. OKE.
Kedua, ke Bu
Made Pembina debat kami. BOOOOOM. Another Bigbag begins. Beliau bilang, argumen
kami terlalu mengarah ke politik dan terlalu berbahaya. Oke, jadi laptop inilah
yang setia menemani selama pengejaran deadline yang harus dikejar dalam satu
hari karena revisi. ALL IS WELL. Jadi, karena di rumahku nggak ada wifi atau
perangkat internet yang bisa dipake dengan leluasa, aku pergi ke Perpustakaan
Daerah (perpusda) seorang diri untuk memperbaiki kerusakan. Yaaaaa walaupun aku
udah biasa pergi sendirian ke sana. EH INI KODE BUAT KAMOH.
Hari Jumat
tanggal 23 Oktober terakhir pengumpulan esai. Dan segeralah kami ke Bu Made
untuk beliau lihat lagi dan kami siap direvisi lagi. Alhamdulillah not bad
walaupun ada beberapa kalimat yang harus dihapus atau diganti, kan buat
kebaikan juga. Wkwk. Akhirnya, esai kami kirim via email. CIAT.
Melalui revisi
dan pertimbangan, jadilah argumen kami kayak gini:
1.
Seringnya mengganti sistem pendidikan, tetapi
tidak memerhatikan “pemerataan” pendidikan.
2.
Untuk menjalankan kurikulum, sebaiknya
pemerintah fokus pada instrumen pendidikan.
3.
Pendidikan tidak dijadikan sarana untuk
mencerdaskan bangsa, melainkan menjadi komersialisasi pendidikan.
Ternyata,
penutupan pengiriman esai diundur sampai tanggal 27 atau 28 aku lupa. Jadi,
pengumuman diundur jadi tanggal 5 November dan Technical Meeting (TM) tanggal
7. BOOOOOM. Pengumuman tanggal 5 yang dinantikan akhirnya datang juga hwahaha.
Dari 14 tim yang mendaftar, diseleksi 8 tim untuk mengikuti lomba debat.
Alhamdulillah masuk 8 besar di urutan ketujuh.
Tim yang lolos seleksi dari
sekolah SMK All Truck, 2 tim dari SMA Bahrul Ulum (BU), SMA YPK, SMKN 1, SMA
DHBS, SMAN 3, dan SMAN 1 Bontang.
Di TM, kita diberi 8 mosi untuk
diperdebatkan tanggal 15 November di Town Centre. Manatau contoh mosi debat
bahasa indonesianya bisa jadi bahan belajar buat temen-temen, ini mosi-mosinya:
- Pemerintah akan menghapuskan MOS karena menghancurkan mental murid atau mahasiswa baru
- Pemerintah akan mengkaji ulang pelaksanaan UN berbasis komputer karena rentan menyebabkan terjadinya kecurangan
- Pemerintah mendukung sistem pendidikan Home Schooling karena dianggap lebih efektif daripada Public Schooling.
- Pemerintah akan mendukung kebebasan berekspresi di situs jejaring sosial karena dapat meningkatkan kreatifitas anak bangsa.
- Pemerintah akan membuat payung hukum untuk menjamin legalitas penyedia jasa transportasi online yang dapat mempermudah mobilitas masyarakat.
- Pemerintah akan mendorong perkembangan sumber energi konvensional kaena sumber energi alternatif dianggap tidak mampu mengganti sumber energi konvensional.
- Pemerintah akan mengalihkan buku pembelajaran konvensional menjadi buku pelajaran elektronik
- Pemerintah akan merelokasi anak-anak yang terkena dampak bencana asap secara sementara ke wilayah lain untuk melanjutkan sekolah.
AKHIRNYA, D-DAY yang kami tunggu, menyambut kami dengan terburu-buru.
Kok bisa?
NAH, TERNYATA
lombanya dipercepat. SMAN 1 lawan SMK All Truck yang seharusnya jam 1 siang,
jadinya dimulai jam setengah 12. Kami bertiga ngumpul di rumahku karena paling
dekat dengan TC. Itupun kita terburu-buru banget karena kita nyampe di TC
sekitar jam 11.25.
Sampai di sana,
kita registrasi dan langsung masuk ke ruang case building. Iya, duduk aja kita
nggak sempat. Mosi dan posisi diambil melalui cabutan gulungan kertas putih
dari panitia. Untuk menentukan siapa yang ngambil mosi, antarketua tim melakukan
‘siut’. Karena yang menang All Truck, merekalah yang ambil gulungan dan SMA1
ngambil gulungan posisi Proposisi/Oposisi.
YAK, jadi mosi
pertama kami adalah mosi kedelapan,
yaitu tentang Home dan Public Schooling dan SMAN1 berada di posisi Proposisi.
Maka debat dimulai. OH IYA, Iyan itu dia sebagai Perdana Menteri (First
speaker), Aby sebagai Deputi Perdana Menteri (Second speaker), dan Aku
Government Whip (Third speaker). Jatah pidato masing-masing speaker adalah 4
menit 20 detik, lebih dari itu maka akan didiskualifikasi. Kalian bisa cek di
Google peran masing-masing speaker, yak.
Putaran kedua
itu kita tanding jam 4 di hari selanjutnya. Ketemu SMA DHBS dan alhamdulillah
SMA1 menang. Singkat cerita, pengumuman final itu jam 6 sore. FYI, setelah
selesai selesai tanding lawan DHBS, Aby langsung menuju SMK2 untuk tanding Voli
antarSMA. Sibuk bener, kan, orang itu. Karena SMA1 masuk final, selesai Aby
tanding Voli dan dapat juara 1, Aby balik lagi ke Gedung TC sebelum maghrib. Bagaimana
dengan aroma tubuh kita? Yagitu. Aku, Iyan, Bu Made, apalagi Aby, gak ada yang
mandi.
Malam itu,
perebutan juara 1 dan 2 dimulai sekitar jam 7.45 malam. Setelah kita case
building yang dibolehkan searching pake laptop yang disediain panitia, kita
tanding lagi. Malam itu, kita ketemu SMA YPK. Peserta YPK dengan gagah pake jas
warna hitam dan rapih melawan kita yang belum mandih. Sesuai dengan peraturan,
mosi malam itu adalah impromtu atau mosi yang baru dikasi pas mau case
building. Aku lupa mosinya apa, yang jelas itu tentang Pemerintah Setuju dengan
Bela Negara. Yap, kita dapat tim oposisi.
DAH. Debatnya kelar.
Aku gak segugup kayak yang pertama dan kedua kalinya, tapi tetep aja gugup.
DAAAAN.
Alhamdulillah, SMA1 dapat juara 1 untuk yang kedua kalinya.
Kita diundang
di malam puncaknya, gratis, meeeeeen. Panitia ngundang Dzawin Stand Up Comedy
entah season berapa.
Cerita selesai.
YEAAAYYY.
Ingat pesan
akoh, ya. Jangan pernah takut untuk memulai hal baru. Rasa takut itu emang
perlu, cuma jangan kebanyakan, nanti malah ngebunuh
diri sendiri.
(17Nov2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar