Cari Blog Ini

Sabtu, 20 Februari 2016

Sekali Lagi

Aku pikir tak akan ada lagi lagu-lagu kita setiap malam rabu,
tak ada lagi pencarian dalam diamku,
tak ada lagi matahari yang kukenal untuk menghangatkan
seperti hujan yang tak lagi mampu menyejukkan lamunanku,
tak ada lagi kamu sebagai salah satu sumber semangatku,
dan tak lagi aku menerka jalan setapak gelap, dingin, sesak, menujumu.

Jangan pedulikan. Ini hanyalah muntahanku tentang kita yang tak lagi saling menyebutkan nama.

Aku... Aku tak menemukan jawaban dari setiap bait doaku. Apakah mereka menguap di atas kepalaku hingga tak sampai ke langit ketujuh? Ataukah mereka terlalu berat, terlalu banyak, sampai-sampai aku tak tahu seberapa bosan Tuhan mendengar namamu dalam pengharapanku?

Hm. Kamu masih ingat cerita tentang sepatu kananku?
Tak kutemukan dan aku sadar, sepatuku tidak bisa lagi menemani kakiku dari licinnya lantai keramik, panasnya aspal, dari kerikil sepanjang perjalanan pulang, hingga lelahnya berlari. Sepatu kiriku tidak lagi bekerja dengan baik tanpa teman satu rasa, sepatu kanan. Sebagus apapun, semahal apapun, senyaman apapun, jika ia kehilangan makna bahwa ia ada, maka untuk apa lagi ia bertahan? Jika kupaksakan, maka aku akan terluka.

Ah, sebentar.

Apakah aku bisa terluka?

Hm, kurasa tidak.

Bagaimana bisa ia membunuh seseorang yang sudah mati? Dan, ya, tak ada lagi yang bisa melukaiku.



Nb: Jika suatu saat kamu menemukan sepatu kananku, katakan padanya bahwa aku masih menyelipkan Fix You-nya Coldplay dalam playlistku seperti kesepakatan kita dulu. 






22sep2015                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar