Cari Blog Ini

Jumat, 26 Januari 2018

Rekapan Dua Dekade



Dua hari yang lalu aku telponan sama mamak. Aku ceritakan apa aja yang terjadi selama di Surabaya. Oiya, tanggal 19-20 kemarin aku ikut Rakernas Imatelki Jilid VI (Rapat Kerja Kasional Ikatan Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik), aku sebagai delegasi Himpunan Mahasiswa dari kampusku. Delegasi dari Jogja ada lima orang termasuk aku, jadi waktu naik kereta itu aku yang ngga punya temen huhu. Post ini sebenernya bukan mau nyeritain Rakernas kemaren (kalo sempat aku ceritain di post terpisah mumpung LPJ-nya udah kelar), ini mau nyeritain aku yang sudah memasuki tahun ke-20. Huhu.

Mamakku itu kalo telpon aku, setelah salam pasti nanya “Lagi di mana?” dan akhirnya berlanjut sampai ngomongin bumi ini bulat atau datar. Hehe. Ga deng. Malam itu, di ujung telpon, mamak ngomong “Liat, Dini bisa main ke Surabaya dan bisa sampai di titik ini memangnya Dini pernah rencanain? Enggak, kan? Liat gimana rencana Allah bekerja.” Aku terpelatuk. Ya, buat aku dikasih kesempatan buat ikut Rakernas kemarin adalah pengalaman yang berharga banget karena aku nggak pernah berharap buat ikut dan nggak pernah kepikiran bisa sampai di titik itu juga karena it really matters for me. Sampai di situ, aku jadi mikir lagi omongannya Mamak. Aku nggak pernah minta aja Allah kasih, gimana kalau bener-bener aku ikhtiarkan?

Beberapa orang pasti punya bucket list atau resolusi, entah tiap hari, minggu, bulan, tahun bahkan sewindu. Sama, aku juga ada. Aku selalu buat bucket list yang spesifik, misal mau segera bereproduksi. Hal konkritnya apa? Gimana? Targetnya kapan? Contoh jadinya kayak gini:

Nikah muda. Cari laki yang penting mau aja dah. Umur 21 atau 22 mentok 23.
 




Yah, namanya target, kalo nggak kesampaian mari memaafkan diri sendiri.
Sedih nggak sih kalo ada bucket list yang terlewat? Bisa karena sudah menyerah sama keadaan atau ada prioritas lain yang harus didahulukan. Kecewa. Kenapa? Kok bisa, sih? Coba aja tadi aku blabla dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bahkan nggak bisa dijawab sama diri sendiri. Lalu kamu berusaha mengobatinya dari yang sebelumnya kamu sadar bahwa memang ada ‘luka’ yang harus diobati. Coba saat kalian baca baris ini, ingat-ingat lagi apa target kalian yang ‘terlewati’? sebut dalam hati saja. Sudah kamu obatin, belum?


Semoga saja terget-target itu bukan terlewati tetapi hanya pindah periode bisa jadi 2 bulan atau 20 tahun ke depan karena aku yakin setiap orang memiliki zona waktu yang berbeda-beda. Tetap tuliskan mereka, jangan biarkan menguap bersama hari-harimu yang membosankan.

               Aku juga sudah siap dengan target-targetku di tahun ini. Kata orang, siap-siap kecewa kalau bikin target trus nggak tercapai. Bagaimana bisa seseorang siap dikecewakan? Masa bodoh dengan omongan orang lain. Karena menurutku target itu penting, ikhtiarkan, sisanya Allah yang atur. Kalau ada hal-hal terjadi di luar target, itu bonus dari Allah, entah itu sebagai penyemangatmu untuk terus berihktiar atau untuk menguatkanmu, mengingatkanmu bahwa apa yang sedang kamu kejar nggak semulus seperti yang kamu bayangkan.

Sebenernya aku merasa bukan siapa-siapa nulis tentang target hidup.
Aku memang bukan:


Mungkin di antara kalian ada yang bergumam sambil apaan-sih-ni-orang. Huhu. Memang masih banyaaak sekali target-targetku yang belum tercapai tapi di titik ini aku merasa bersyukur sekali atas apa yang sudah aku lewati, yang aku dapat dan yang aku bagi. I’m feeling greatful.

Ada hal yang nggak pernah kepikiran, datang.
Yang pengen buat jarak, akhirnya berjarak tanpa perlu berusaha keras.
Yang diinginkan malah nggak dapat lalu sadar ada hal yang lebih baik di belakangnya.
Pelan, pelan lalu sadar. Dikelilingi sama orang-orang baik, apa yang mau aku eluhkan?




Di umur 20 ini,
aku ingin berterima kasih pada diri sendiri karena sudah berusaha bertahan hidup sampai sejauh ini.
Terima kasih sudah mau memperjuangkan tidak hanya mimpi-mimpi diri sendiri tapi mimpi-mimpi orang yang sayang dan yang aku sayangi.
Terima kasih sudah banyak mengeluh tapi tetap diselesaikan.
Terima kasih sudah mengurangi makan mie instan dan kopi
Terima kasih sudah mau belajar walaupun mata berat kayak didudukin gajah
Ya pokoknya terima kasih, myself. Kalo aku lanjutin ntar malah dianggap riya’. Baiklah. Saya tida bisa masa bodoh dengan omongan orang lain. I’m considering u////

Rekapan selama 20 tahun melanglang buana ini dunia ini adalah kalau aku tidak dinamis maka aku akan tertinggal.

Sebagai penutup,
Yuk mulai menghargai diri sendiri. Gusti mboten sare.
Salam meme kasidahan~





Yogyakarta, 26 Januari 2018
01.33 wib, di kamar kos

2 komentar: