Dan aku masih mencintaimu, sampai
detik ini.
Hari pertama masuk SMA adalah hal
yang menyenangkan dan juga menakutkan buatku. Memang, aku tidak dikenal banyak
orang, aku bukan orang yang eksis dan eksotis, makanya, kakak kelas tidak ‘wah’
saat melihatku. Tapi, dengan begitu, dengan tidak kenalnya aku dengan kakak
kelas, aku fikir aku tidak akan mencampuri atau terlibat di dunia-kakak-kelas.
Aku masih saja smsan dengan Eky
waktu itu. Pemain bola yang terhebat se-SMP, menurutku. Aku mulai menyukainya
saat kelas 6 SD. Dan di kelas 3 SMP, aku mulai makin dekat dengannya. Setiap
malam, sampai lewat tengah malam pun aku dan Eky tetap saling mengirimkan
pesan. Dia adalag seorang pembalas sms yang cepat. Aku dan Eky tidaklah lebih
dari sepasang sahabat.
Dia tahu kebiasaanku mandi malam.
Dia tahu stasiun radio
kesayanganku.
Dia tahu makanan kesukaanku.
Dia tahu pelajaran kesukaanku.
Dia tahu band kesukaanku.
Dia tahu lagu kesukaanku.
Dia tahu aku tidak pernah punya
pulpen dan pensil.
Dia tahu aku selalu menghilangkan
semua pulpen yang kupinjam.
Dia tahu jam tidurku.
Dia tahu minuman kesukaanku di
kantin sekolah.
Dia tahu bahwa ada ringtone yang
aku pakai khusus buat telpon dari dia.
Dia tahu……..
Ah hampir semua dia tahu.
Aku pernah menyimpan 1000 lebih
smsnya dalam 3 hari. Entahlah apa yang dia rasakan. Dan juga aku.
Aku pernah memberinya coklat
silverqueen saat valentine 2008. Karena takut teman-teman kelas curiga, aku
beli 3 batang. 1 untuk aku, untuk Sinta, sahabatku, dan untuk Eky. Hasil dari
tabunganku berbulan-bulan. Terasa lebih nikmat saat ku makan. Dan aku
menghargai setiap gigitan yang masuk ke mulutku.
Acara radio kesukaanku menjadi
kesukaannya juga. Acaranya setiap jum’at malam jam 9. Esoknya, di sekolah, aku dan dia menceritakan kembali apa yang
tadi malam dibahas di ‘radio kami’ sambil tertawa bersama. Entahlah. Aku rindu
semuanya.
Dia tidak pernah bertanya ke aku,
gimana perasaanku ke dia. Atau sebaliknya. Atau dia sudah mengetahui semuanya,
tetapi dia hanya ingin seperti ini, tetap seperti ini, tetap bersahabat.
Tiap malam, aku dan Eky selalu
janjian buat dengerin radio bareng.
Dan semakin lama, semakin tidak
terasanya waktu, semakin terasa cepat jarum jam di tangan kita berputar. Tidak
terasa. Tidak tahu. Mengapa Sang Waktu begitu angkuh. Tidak mau mampir sejenak
bersama kita menikmati momen untuk berhenti beberapa detik, atau bahkan menit
dan… jam.
Setelah 5 bulan di SMA, aku dan
Eky sudah tidak smsan lagi. Dia bosan? Atau aku?
Sang Waktu semakin mahir
melewatkan momen demi momen.
Aku mencintainya, dengan cinta
yang ganas dan tak akan pernah mati…
Aku ingin. Sekali lagi. Bertemu
dia. mendengarkan radio di stasiun yang sama. Sekali lagi. Apakah keinginanku
terlalu berlebihan, wahai Sang Maha Pemurah?
Dan sekarang.. ada seseorang yang
aku harap bisa ngingetin dia kalo dia salah, ngingetin dia solat, makan, tidur,
menjaga kesehatannya, dan….. mengaji. Dia ada. Mungkin, kisah kita cukup hanya
sebatas sahabat yang dibentangkan jarak begitu tebal-tinggi-angkuh. Maaf jika
selama ini aku hanya berselimut dalam kepura-puraan bahwa aku hanya ingin hanya
sebatas sahabat. Mungkin aku terlalu nyaman dan akhirnya aku membohongi
perasaanku sendiri.
Terimakasih waktu, kau
mengajarkanku bagaimana cara mengikhlaskan dari kehilangan yang sebenarnya tak
pernah aku miliki. Haha. Semuanya kan
hanya titipan Allah. Semua bakalan kembali kok. Tenang aja.
Post yang terlalu lama berbaring di draft. Ini adalah karya ketik hasil anak bangsa yang aku sendiri geli bacanya. Semoga ini menjadi karangan yang gak cerepa. Berhubung ini udah jam 2 pagi, jadi sudahlah. Kisah kita cukup sampai disiniiiiiiiii~ salam super.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar