Cari Blog Ini

Selasa, 12 Maret 2013


Dan aku masih mencintaimu, sampai detik ini.

Hari pertama masuk SMA adalah hal yang menyenangkan dan juga menakutkan buatku. Memang, aku tidak dikenal banyak orang, aku bukan orang yang eksis dan eksotis, makanya, kakak kelas tidak ‘wah’ saat melihatku. Tapi, dengan begitu, dengan tidak kenalnya aku dengan kakak kelas, aku fikir aku tidak akan mencampuri atau terlibat di dunia-kakak-kelas.

Aku masih saja smsan dengan Eky waktu itu. Pemain bola yang terhebat se-SMP, menurutku. Aku mulai menyukainya saat kelas 6 SD. Dan di kelas 3 SMP, aku mulai makin dekat dengannya. Setiap malam, sampai lewat tengah malam pun aku dan Eky tetap saling mengirimkan pesan. Dia adalag seorang pembalas sms yang cepat. Aku dan Eky tidaklah lebih dari sepasang sahabat.

Dia tahu kebiasaanku mandi malam.
Dia tahu stasiun radio kesayanganku.
Dia tahu makanan kesukaanku.
Dia tahu pelajaran kesukaanku.
Dia tahu band kesukaanku.
Dia tahu lagu kesukaanku.
Dia tahu aku tidak pernah punya pulpen dan pensil.
Dia tahu aku selalu menghilangkan semua pulpen yang kupinjam.
Dia tahu jam tidurku.
Dia tahu minuman kesukaanku di kantin sekolah.
Dia tahu bahwa ada ringtone yang aku pakai khusus buat telpon dari dia.
Dia tahu……..
Ah hampir semua dia tahu.

Aku pernah menyimpan 1000 lebih smsnya dalam 3 hari. Entahlah apa yang dia rasakan. Dan juga aku.
Aku pernah memberinya coklat silverqueen saat valentine 2008. Karena takut teman-teman kelas curiga, aku beli 3 batang. 1 untuk aku, untuk Sinta, sahabatku, dan untuk Eky. Hasil dari tabunganku berbulan-bulan. Terasa lebih nikmat saat ku makan. Dan aku menghargai setiap gigitan yang masuk ke mulutku.

Acara radio kesukaanku menjadi kesukaannya juga. Acaranya setiap jum’at malam jam 9. Esoknya, di sekolah,  aku dan dia menceritakan kembali apa yang tadi malam dibahas di ‘radio kami’ sambil tertawa bersama. Entahlah. Aku rindu semuanya.

Dia tidak pernah bertanya ke aku, gimana perasaanku ke dia. Atau sebaliknya. Atau dia sudah mengetahui semuanya, tetapi dia hanya ingin seperti ini, tetap seperti ini, tetap bersahabat.

Tiap malam, aku dan Eky selalu janjian buat dengerin radio bareng.

Dan semakin lama, semakin tidak terasanya waktu, semakin terasa cepat jarum jam di tangan kita berputar. Tidak terasa. Tidak tahu. Mengapa Sang Waktu begitu angkuh. Tidak mau mampir sejenak bersama kita menikmati momen untuk berhenti beberapa detik, atau bahkan menit dan… jam.

Setelah 5 bulan di SMA, aku dan Eky sudah tidak smsan lagi. Dia bosan? Atau aku?
Sang Waktu semakin mahir melewatkan momen demi momen.
Aku mencintainya, dengan cinta yang ganas dan tak akan pernah mati…
Aku ingin. Sekali lagi. Bertemu dia. mendengarkan radio di stasiun yang sama. Sekali lagi. Apakah keinginanku terlalu berlebihan, wahai Sang Maha Pemurah?  

Dan sekarang.. ada seseorang yang aku harap bisa ngingetin dia kalo dia salah, ngingetin dia solat, makan, tidur, menjaga kesehatannya, dan….. mengaji. Dia ada. Mungkin, kisah kita cukup hanya sebatas sahabat yang dibentangkan jarak begitu tebal-tinggi-angkuh. Maaf jika selama ini aku hanya berselimut dalam kepura-puraan bahwa aku hanya ingin hanya sebatas sahabat. Mungkin aku terlalu nyaman dan akhirnya aku membohongi perasaanku sendiri.

Terimakasih waktu, kau mengajarkanku bagaimana cara mengikhlaskan dari kehilangan yang sebenarnya tak pernah aku miliki. Haha. Semuanya kan hanya titipan Allah. Semua bakalan kembali kok. Tenang aja. 



Post yang terlalu lama berbaring di draft. Ini adalah karya ketik hasil anak bangsa yang aku sendiri geli bacanya. Semoga ini menjadi karangan yang gak cerepa. Berhubung ini udah jam 2 pagi, jadi sudahlah. Kisah kita cukup sampai disiniiiiiiiii~  salam super. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar